Pembelajaran matematika dan sains – temuan dari TIMSS

Dalam artikel sebelumnya, kami melihat bagaimana kinerja murid di Asia Tenggara dalam siklus terbaru Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS). Kali ini kami akan menggali temuan dari kuesioner yang diberikan sebelumnya kepada subjek untuk mendapatkan wawasan tentang tingkat disiplin dan keamanan di sekolah, kebutuhan pengembangan profesional guru, dan tantangan dalam proses belajar mengajar di setiap negara.

Setiap empat tahun, TIMSS melakukan asesmen prestasi murid dalam matematika dan sains di kelas 4 dan kelas 8. Selain itu, TIMSS juga mengumpulkan informasi mengenai keadaan rumah, sekolah, dan ruang kelas dalam hubungannya dengan pembelajaran kedua mata pelajaran ini melalui kuesioner yang diisi oleh murid, orang tua atau wali, guru, serta pimpinan sekolah.

Tiga negara di region Asia Tenggara yang mengikuti asesmen TIMSS kali ini adalah Singapura, Malaysia, dan Filipina. Seperti yang sudah dibahas dalam artikel sebelumnya, Singapura mendominasi hasil akhir dan mencapai peringkat tertinggi untuk pencapaian murid terbaik di dalam empat kategori asesmen. Filipina melalui proses asesmen di Kelas 4 dalam matematika dan sains dan berada dalam peringkat paling dalam kedua kategori. Malaysia berpartisipasi dalam dua asesmen di Kelas 8, dengan peringkat 28 dalam matematika dan peringkat 29 dalam sains.

Kepuasan orang tua

Dalam TIMSS 2019, orang tua dan wali murid diharuskan untuk menjawab pertanyaan terkait persepsi mereka terhadap berbagai macam hal mengenai sekolah seperti; promosi standar akademik yang lebih tinggi, penyediaan lingkunga yang aman, informasi terkait progres murid, dan kepedulian tentang kemajuan yang dicapai oleh anak mereka. Menariknya, tingkat kepuasan orang tua terhadap kinerja sekolah tempat anaknya belajar di Filipina ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan Singapura. Sekitar 75 persen orang tua di Filipina mengaku ‘sangat puas’ dan 23 persen lainnya menjawab ‘cukup puas’ dibandingkan dengan 63 persen dengan 33 persen hasil dalam kategori jawaban yang sama dari responden di Singapura.

Disiplin dan keamanan sekolah

Kuesioner TIMSS 2019 mengukur persepsi kepala sekolah terkait permasalahan perilaku seperti “disiplin, gangguan, dan perundungan" di sekolah. Di dalam sepuluh pernyataan tersebut masalah seperti ketidakhadiran, keterlambatan, menyontek, dan cedera fisik pada murid diangkay. Kuesioner untuk murid Kelas 8 memiliki satu kategori tambahan yaitu penyerangan fisik terhadap guru atau staf.

Berdasarkan laporan kepala sekolah, 44 persen murid Kelas 4 di Filipina berada di sekolah yang “hampir tanpa masalah” dan 52 persen di sekolah dengan “masalah kecil”. Sebesar 4 persen murid berada di sekolah dengan “masalah sedang hingga berat”. Di Singapura sekitar 74 persen murid berada di sekolah yang “hampir tanpa masalah” dan sisa 24 persen tersebut berada di sekolah dengan “masalah kecil”. Untuk Kelas 8, persentase tersebut berada di jangkauan 70 dan 30 persen dalam kategori yang sama. 45 persen murid Kelas 8 di Malaysia berada di sekolah yang “hampir tanpa masalah”, 49 persen di sekolah dengan “masalah kecil”, dan 6 persen berada di sekolah dengan “masalah sedang hingga berat”.

Sementara itu, kuesioner untuk guru berfokus pada delapan pernyataan tentang keamanan dan ketertiban di sekolah mereka. Menurut laporan ini, 70 persen murid matematika Kelas 4 di Filipina (77 persen untuk sains) dan 68 persen di Singapura (67 persen untuk sains) berada di sekolah yang “sangat aman dan teratur”. Murid kelas 8 sains di Singapura berada dalam 68 persen dalam Sains dan 58 persen dalam matematika. Berkebalikan dengan capaian yang cukup tinggi di Singapura dan Filipina, laporan guru dari Malaysia menunjukkan hanya 30 persen murid kelas 8 matematika dan 32 persen murid sains bersekolah di tempat yang 'sangat aman dan teratur'.

Para murid mendapatkan kuesioner terkait 11 perilaku perundungan. Di Kelas 4, 45 persen murid di Filipina melaporkan dirundung “hampir setiap minggu”, dibandingkan dengan 7 persen di Singapura; sementara 16 persen murid Kelas 8 di Malaysia melaporkan dirundung “setiap minggu”, dibandingkan dengan 5 persen di Singapura. Dalam semua kasus, murid yang melaporkan mengalami perundungan “mingguan” mencapai nilai asesmen yang lebih rendah secara rata-rata, dibandingkan mereka yang melaporkan “tidak pernah atau hampir tidak pernah”. Misalnya: Filipina mencapai 351 poin dibandingkan dengan 269 poin untuk matematika Kelas 4; di Malaysia 476 poin dibandingkan dengan 439 poin untuk sains Kelas 8; dan di Singapura, 638 poin dibandingkan dengan 569 poin dalam matematika Kelas 4.

Kebutuhan pengembangan profesional guru

Dalam kuesioner, para guru mendapatkan pertanyaan tentang kebutuhan pengembangan diri professional di masa depan. Laporan TIMSS 2019 mengungkapkan bahwa “rata-rata di seluruh negara, pengembangan profesional yang berkaitan dengan pengintegrasian teknologi ke dalam instruksi pengajaran serta peningkatan keterampilan berpikir kritis murid merupakan dua bidang kebutuhan yang paling sering dilaporkan oleh guru matematika dan sains di Kelas 4 dan 8.'

Hal serupa terjadi di Filipina, Malaysia, dan Singapura. Bagi guru Kelas 4 di Filipina, pengembangan diri profesional terkait konten mata pelajaran dan pemahaman serta penanganan kebutuhan murid secara individual merupakan hal yang menjadi perhatian khusus.

Tantangan dalam proses belajar – mengajar

Menurut hasil kuesioner, ketidakhadiran murid juga menjadi salah satu tantangan dalam proses belajar mengajar. Laporan TIMSS mencatat: “Karena hadir di sekolah (atau dalam pengajaran dengan format apapun) adalah syarat pertama dalam mendapatkan kesempatan belajar, tidak mengherankan jika peningkatan frekuensi ketidakhadiran sangat berhubungan dengan penurunan indeks prestasi rata-rata, terutama bagi murid yang tidak hadir setidaknya ‘setiap dua minggu sekali’ atau lebih”.

Data mengenai ketidakhadiran ini didasari oleh rapor masing-masing murid. Di Singapura, 2 persen murid Kelas 4 dan 3 persen murid Kelas 8 tidak menghadiri pelajaran setiap “dua minggu sekali”. Di Filipina, 13 persen murid Kelas 4 melaporkan tidak hadir setiap “dua minggu sekali” dan sekitar 32 persen tidak hadir setiap “seminggu sekali”. Di Malaysia, 10 persen dari murid Kelas 8 melaporkan tidak hadir setiap “dua minggu sekali” dan 17 persen setiap “seminggu sekali”.

Laporan lengkap TIMSS (https://timssandpirls.bc.edu/timss2019/) berisikan informasi detail mengenai performa setiap negara (termasuk pencapaian murid berdasarkan kategori gender, deskripsi setiap tolak ukur dan contoh item tes) dan hasil kuesioner orang tua, murid, guru, dan kepala sekolah.

Referensi

Mullis, I. V. S., Martin, M. O., Foy, P., Kelly, D. L., & Fishbein, B. (2020). TIMSS 2019 International Results in Mathematics and Science. Retrieved from Boston College, TIMSS & PIRLS International Study Center website https://timssandpirls.bc.edu/timss2019/international-results/

Sebagai pimpinan sekolah, kebutuhan pengembangan profesional apa yang dibutuhkan oleh guru-guru sekolah Anda?

Sebagai guru, apakah Anda hanya mengetahui tingkat kehadiran kelas Anda atau juga keseluruhan sekolah?

Sebagai pimpinan sekolah, strategi apa yang Anda terapkan untuk memperbaiki tingkat kehadiran murid?