Sudahkah anda siap? Kompetensi murid di dunia yang terus berubah

Tak dapat dipungkiri lagi, pandemi telah membawa tantangan bagi seluruh masyarakat dunia, dalam semua lapisan masyarakat. Kejadian ini juga kembali menyadarkan kita akan besarnya ketidakadilan yang selama ini terjadi di dunia. Namun dalam banyak hal, kejadian ini juga menjadi pemersatu dalam menghadapi ancaman bersama.

Para guru di seluruh dunia, dengan amat adaptifnya, telah berhasil mengombinasikan pembelajaran jarak jauh dan tatap muka secara bergantian. Meski tidak dapat dipungkiri, secara kolektif mereka juga meratapi berkurangnya interaksi sosial antar murid serta merasakan absennya rasa puas yang hanya dapat hadir lewat interaksi sehari-hari yang “normal” terjadi di dalam kelas.

Dengan kembalinya murid di seluruh Asia Tenggara ke moda pembelajaran tatap muka, para guru turut menghadapi masa transisi untuk kembali membimbing para muridnya agar siap menghadapi masa depan.

Di era ini, peran guru tidak lagi terbatas pada pengajaran dan output pengetahuan akademik. Guru yang hebat akan bekerjasama dengan para muridnya untuk secara holistik mengembangkan kemampuan diri, menumbuhkan rasa ingin tahu, dan mempelajari banyak hal sesuai minat dan bakat murid. Guru dan murid diharapkan untuk dapat bekerja sama dan beradaptasi dengan situasi terkini dunia serta mengatasi masalah global.

Seorang guru yang sukses, yang akan menjadi panutan bagi murid-muridnya, haruslah mampu mengembangkan kompetensi akademik, profesional, kepribadian, dan keterampilan sosial agar dapat memenuhi kebutuhan para murid untuk beradaptasi di lingkungan global yang berubah dengan cepat. Dalam membimbing para murid untuk menjadi warga dunia yang aktif dan bertanggung jawab, guru harus mampu berinovasi dalam mengajarkan keterampilan di bidang kepemimpinan, kemampuan berpikir tingkat tinggi, penggunaan teknologi, kolaborasi, komunikasi, dan kemampuan memecahkan masalah.

Pada tahun 2018, untuk pertama kalinya PISA (Programme For International Student Assessment) mengikutsertakan asesmen kompetensi global dalam siklus tesnya. Asesmen ini tidak hanya menyoroti pentingnya mempersiapkan para murid untuk menavigasi diri di dunia yang semakin kompleks dan terhubung, namun juga bagaimana membantu para murid untuk semakin berkembang serta menemukan kesuksesan dan kegembiraan di dalam hidupnya.

Model kompetensi global OECD mencerminkan sifat PISA sebagai suatu asesmen dan diwarnai oleh nilai-nilai, sikap, pengetahuan, dan keyakinan yang dijunjung oleh PISA; yang seluruhnya dibutuhkan untuk dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu yang kompeten secara global. Mengembangkan kemampuan diri sejatinya tidak hanya penting bagi murid, tetapi juga bagi guru. Sebab bagaimana seorang guru dapat memberi contoh dan menginspirasi murid tanpa memiliki kualitas tersebut dalam dirinnya?

Indonesia adalah contoh bangsa pluralistis yang termasuk di dalamnya masyarakat dari berbagai suku, tradisi, adat istiadat, budaya, dan bahasa daerah. Keragaman ini kerap tercermin di dalam kelas di berbagai sekolah di Indonesia, di mana murid-murid dari berbagai latar belakang setiap harinya belajar dan tumbuh bersama.

Guru sebagai pendukung kompetensi global perlu membangun budaya berpikiran terbuka dan saling menghormati, serta mengembangkan nilai-nilai dan sikap positif yang akan membekali muridnya dalam berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang yang beragam. Selain itu, guru juga harus mengarahkan para murid untuk mampu memahami serta peka terhadap situasi dan isu global yang sedang berkembang, sehingga memungkinkan murid untuk memahami implikasi positif serta negatif dari isu terkini yang berkembang di dunia terhadap komunitas lokal mereka.

Guru yang berkompeten secara global akan membimbing muridnya untuk mengembangkan pola pikir global yang terbuka terhadap pemikiran serta ide baru. Suatu pola pikir untuk mengembangkan jaringan antarbudaya, beradaptasi dengan masyarakat yang plural dan heterogen, menerima perbedaan, serta merayakan keberagaman. Guru yang berwawasan global akan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk memajukan pendidikan secara inovatif dan kreatif sembari tetap menjunjung tinggi nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat lokal.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kompetensi global yang akan membawa dampak baik kepada murid, seperti:

  • Guru dan murid bersama-sama menciptakan suasana kelas yang merayakan keragaman
  • Meningkatkan pengalaman belajar agar memungkinkan murid berinteraksi dalam kerangka keragaman budaya
  • Mendorong murid untuk terhubung, berkomunikasi, dan belajar dengan murid dari negara lain menggunakan teknologi.
  • Memfasilitasi komunikasi antarbudaya di antara para murid secara berkala
  • Mendorong murid mempelajari bahasa dan budaya lain

Sebagaimana yang kita mengerti bersama, komunikasi adalah salah satu keterampilan utama dalam pengembangan kompetensi global. Nyatanya, komunikasi yang efektif memang kerap menjadi kunci sukses di banyak bidang kehidupan serta yang menjadi dasar untuk mengembangkan relasi yang kuat dan sehat antar sesama makhluk sosial.

Kemampuan berkomunikasi memungkinkan kita untuk terhubung dengan baik dengan orang lain, untuk belajar, berbagi, tertawa, dan menangis. Terkadang komunikasi dapat menjadi hal yang mudah, yang di waktu lain dapat pula menjadi tantangan. Hambatan yang disebabkan oleh perbedaan bahasa atau budaya terkadang membuat komunikasi efektif sekilas tampak tidak mungkin terjadi.

Di atas semua itu, komunikasi memang adalah media dan sumber utama dalam upaya pertukaran pengetahuan antarbudaya, memperkaya manfaat keragaman dan pluralisme, serta menciptakan peluang kerja, dan kolaborasi antarbangsa.

Sebagai seorang guru, bagaimana Anda meningkatkan kemampuan memupuk relasi antarbudaya? Bagaimana cara Anda berkomunikasi dengan pihak-pihak yang memiliki budaya yang sama sekali berbeda dengan budaya Anda? Di mana Anda dapat menemukan peluang, sebagai guru, untuk berbagi ide, berkolaborasi, dan berinovasi di ruang global?

Referensi

OECD. (2020). PISA 2018 Results (Volume VI): Are Students Ready to Thrive in an Interconnected World? OECD Publishing. https://doi.org/10.1787/d5f68679-en

Undang-Undang No. 14 Tahun 2015 Pasal 8 tentang Guru dan Dosen. Indonesian Law No. 14 of 2015 Article 8. https://p3gtk.kemdikbud.go.id/read-news/undangundang-republik-indonesia-nomor-14-tahun-2005-tentang-guru-dan-dosen