Berpikir kreatif, ingin tahu, dan menantang

Dalam kiriman pembaca kali ini, Dr John Langrehr berpendapat bahwa berpikir kreatif, penuh rasa ingin tahu, dan menantang (creative, curious and challenging = 3C) dirasa semakin penting untuk situasi saat ini, namun masih banyak program sekolah yang belum secara maksimal membantu siswa mengembangkan kemampuan 'berpikir 3C'. Beliau juga sempat membahas bagaimana para guru dapat mengembangkan pola pikir siswa dan berbagi contoh pertanyaan dan pernyataan yang dapat Anda gunakan di kelas.

Berpikir 3C bukanlah berpikir 3R

Membaca, aritmatika, dan mengingat atau yang dikenal dengan cara berpikir 3R (reading, ‘rithmetic, dan remembering) masih mendominasi cara berpikir di kelas. Cara berpikir 3R mencakup menyimpan, mengingat, dan menggunakan informasi yang telah dipelajari sebelumnya. Pertanyaan yang menguji berpikir 3R memiliki jawaban yang benar dan itulah mengapa 3R dipakai untuk menguji kemampuan mengingat fakta, aturan, prinsip, dan sebagainya. Soal-soal semacam ini tidak digunakan untuk menciptakan informasi baru. Siswa dengan kemampuan berpikir 3R terbukti berprestasi di sekolah, namun beberapa studi menunjukkan bahwa mereka justru tidak mahir dalam berpikir 3C.

Berpikir 3C termasuk cara berpikir yang jauh dari konsep yang lazim diajarkan di bangku sekolah. Konsep berpikir 3C biasanya digunakan ketika seseorang ingin menciptakan informasi baru yang bersumber dari gagasan, konsep, dan keputusan pribadi. 'Cara berpikir yang lebih tinggi' seperti ini memungkinkan ada beragam kemungkinan jawaban untuk satu pertanyaan. Tidak perlu mengingat mana jawaban benar atau salah.

Cara berpikir seperti ini diperlukan ketika kita mencoba untuk memecahkan masalah yang bersifat praktis, atau untuk merancang dan menggunakan suatu hal baru. Kemampuan ini juga berguna saat seseorang yang dihadapkan dengan pilihan untuk menerima atau menolak pernyataan atau opini orang lain, dan ketika kita mempertanyakan mengapa sesuatu memiliki ciri atau kekhasan tertentu. Pada dasarnya, berpikir 3C menyangkut berpikir yang kreatif, penuh rasa ingin tahu, dan menantang.

Dalam Boyer Lectures beliau yang keempat pada tahun 2008, Rupert Murdoch menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaan internasional mengincar lulusan yang "memiliki kreativitas tinggi, punya rasa ingin tahu tentang dunia luas, serta kemampuan untuk berpikir secara mandiri."

Dengan kondisi sekarang ini yang sangat dinamis dimana kita dibanjiri iklan, pernyataan, dan opini melalui internet, semakin penting untuk membekali siswa dengan cara berpikir 3C. Namun, banyak program sekolah yang belum cukup maksimal mengembangkannya.

Mengembangkan pola pikir yang tepat untuk berpikir 3C

Untuk mempelajari berpikir 3C, siswa perlu belajar atau mengembangkan beberapa sikap atau pola pikir dasar yang kerap dibutuhkan dalam cara berpikir ini. Berpikir sendiri adalah suatu pekerjaan yang sulit dan oleh karena itu, untuk memulainya, kita perlu menumbuhkan beberapa sikap positif yang mendukung.

Pola pikir ini, atau sikap mental, mulai tampak terbentuk di berbagai tingkatan pada anak usia dini. Salah satu contoh diantaranya, ada anak yang lebih imajinatif dan berani mengambil risiko – ini mendorong anak mampu untuk berpikir kreatif. Sementara itu, ada juga anak yang justru sebaliknya. Ada anak yang lebih banyak bertanya dan berusaha mencari alasan – ini membantu anak untuk punya rasa ingin tahu. Ada pula anak yang menantang dan tidak mudah menerima – kemampuan ini mendorong anak untuk berpikir kritis. Yang lainnya justru kebalikannya.

Pola pikir diatas hanya sebagian dari pola pikir penting lainnya yang perlu dipupuk demi terciptanya kecakapan berpikir dan belajar secara mandiri di luar kelas.

Siswa perlu tahu bagaimana seorang pemikir yang baik mengerjakan tugas atau pertanyaan. Pola pikir seperti apa yang mereka miliki sehingga memotivasi mereka untuk berpikir kreatif, kritis, atau penuh rasa ingin tahu? Program anak usia dini pada umumnya dibangun berdasar pada keyakinan bahwa kegiatan yang bersifat manipulatif dan sosial mampu meningkatkan kemampuan berpikir siswa, tetapi hal ini hanya akan terjadi jika siswa diminta untuk memikirkan gagasan, konsep, dan keputusan mereka masing-masing dalam menjawab pertanyaan yang menuntut siswa untuk berpikir.

Merancang pertanyaan yang menuntut untuk berpikir

Pertanyaan yang menuntut untuk berpikir perlu dirancang khusus agar merangsang cara berpikir kreatif, ingin tahu, dan menantang yang terjadi di otak bagian depan. Pertanyaan yang dimaksud memiliki lebih dari satu kemungkinan jawaban, sehingga ingatan tidak seberpengaruh kemampuan berpikir secara mandiri.

Pertama-tama, Anda perlu mengetahui definisi 3C, kemudian, Anda mulai menyusun berbagai pertanyaan jawaban ganda yang merangsang masing-masing komponen 3C. Berikut adalah definisi dan beberapa contoh pertanyaan yang dapat Anda gunakan di kelas untuk mengembangkan pola pikir siswa yang diperlukan untuk dapat berpikir 3C.

Berpikir kreatif – kemampuan untuk melepaskan diri dari pola dominan yang tersimpan di otak agar dapat memikirkan solusi yang tidak biasa.

Alternatif yang tidak biasa: Berapa banyak kegunaan surat kabar yang tidak biasa yang dapat Anda pikirkan?

Kesamaan yang tidak biasa: Berapa banyak kesamaan antara gajah dan kursi?

Konsekuensi yang tidak biasa: Bagaimana seandainya jika tidak ada lagi burung di dunia?

Pembalikan yang tidak biasa: Apa yang tidak bisa Anda lihat?

Gambar yang tidak biasa: Gambar garis ini mengingatkan Anda pada apa?

Desain yang tidak biasa: Apa yang dapat Anda gabungkan, balikkan, hilangkan, tambahkan, atau gunakan sebagai alternatif ... untuk membuat menu sarapan sereal yang baru?

Pertanyaan jawaban ganda seperti di atas, mampu merangsang bagian berpikir di otak depan. Berpikir kreatif disertai keberanian mengambil risiko, berpikiran terbuka, fleksibel, dan juga imajinatif dapat membantu melepaskan diri dari konsep berpikir yang biasa.

Berpikir penuh rasa ingin tahu – kemampuan untuk memikirkan alasan yang mampu menjelaskan mengapa sesuatu karakteristik tertentu muncul.

Bentuk: Mengapa koin berbentuk bundar?

Warna: Mengapa lampu tanda berhenti berwarna merah? Mengapa rambu-rambu jalan ditandai dengan warna putih di atas hijau?

Bagian: Mengapa seekor anjing memiliki empat kaki dan bukan dua atau enam?

Bahan: Mengapa botol terbuat dari kaca?

Ukuran: Mengapa penyu bertelur begitu banyak sementara burung tidak?

Pertanyaan jawaban ganda seperti di atas, mampu merangsang bagian berpikir di otak depan. Berpikir ingin tahu terbantu dengan pola pikir analitik, mempertanyakan, dan mencari alasan/fakta.

Berpikir yang menantang atau kritis – kemampuan untuk menilai pernyataan dengan menggunakan kriteria atau alasan yang relevan.

Fakta/opini: Bukankah nyatanya anjing memang merupakan hewan peliharaan yang lebih baik daripada kucing?

Dapat dipercaya/tidak dapat dipercaya: Apa yang membuat Anda percaya atau tidak percaya pada pernyataan yang dibuat oleh seseorang yang menyatakan bahwa mereka melihat ada piring terbang tadi malam?

Relevan/tidak relevan: Hal penting atau relevan apa saja yang perlu Anda beri tahukan kepada orang yang membantu mencarikan anjing Anda yang hilang?

Sudut Pandang lain: Sebutkan hal baik dan buruk mengenai menaruh binatang di kebun binatang?

Membuat kesimpulan: Apa yang bisa dan tidak bisa Anda simpulkan jika Anda melihat seorang pria berlari kencang keluar dari toko?

Informasi bias/tidak bias: Apakah iklan ini bias atau tidak?

Berpikir kritis terbantu dengan pola pikir analitik, bertanya, hati-hati, dan menghakimi.

Menguji berpikir 3C

Pertanyaan berdasarkan semua contoh di atas dapat digunakan dalam mendesain tes tertulis. Pertanyaan di atas pun juga dapat dimasukkan ke dalam bentuk dialog atau cerita kartun interaktif.

Dalam lini kerja saya, tes berpikir 3C dalam bentuk kartun telah dirancang dan dipakai pada anak-anak usia dini di Singapura. Para guru menggunakan pendekatan 1:1. Instruksi pada setiap soal tes kartun dibacakan dan kemudian setiap jawaban yang muncul akan dicatat. Tes ini tidak cocok digunakan pada siswa usia dini yang takut atau keder.

Indikator terbaik untuk mengukur peningkatan berpikir 3C pada anak usia dini adalah melalui umpan balik orang tua tentang perbedaan yang nampak dari perilaku siswa di rumah. Sebagai contoh:

  • Apakah anak Anda lebih banyak bertanya 'mengapa' dan 'bagaimana' saat di rumah?
  • Apakah anak Anda secara teratur menggunakan istilah-istilah seperti 'pendapat', 'bukti', 'relevansi', dan 'bias'?
  • Apakah anak Anda menyarankan solusi untuk memecahkan masalah kecil yang praktis?
  • Apakah anak Anda bertanya mengapa benda-benda memiliki bentuk dan tampilan yang berbeda?

Tes berpikir 3C di sekolah menengah terdiri dari pertanyaan pilihan ganda. Di dalam cerita kartun interaktif terselip pertanyaan 3C di dalam dialognya, dan skor yang nantinya terkumpul dapat dihitung. Tes berpikir 3C, termasuk tipe pertanyaan pilihan ganda, ada yang disusun untuk kelompok siswa usia lebih senior atau dewasa.

Penelitian dengan menggunakan tes serupa,dengan partisipan mencapai lebih dari 170 siswa kelas 7-9 di Australia bagian Selatan, menemukan bahwa siswa yang terpilih masuk 'kelas unggulan' hasilnya tidak lebih baik daripada teman sebayanya (Langrehr, 2006). Ini menandakan bahwa seleksi yang umum dilakukan, berdasarkan kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dengan benar, atau dengan 'berpikir 3R'.

Referensi

Langrehr, J. (2006). New ways for identifying gifted thinkers (Cara baru untuk mengidentifikasi pemikir berbakat). Gifted, (140), 11-14.

Coba renungkan tentang cara pengajaran di kelas Anda masing-masing. Bagaimana Anda mendorong cara berpikir kreatif, ingin tahu, dan menantang? Seberapa sering Anda memberikan pertanyaan jawaban ganda?

Bersama-sama dengan satu kolega, atau dalam kelompok, coba perhatikan contoh pertanyaan yang penulis tuliskan dan berikan beberapa kemungkinan jawaban. Lalu, pilih salah satu dari tiga komponen C dan coba tuliskan pertanyaan Anda sendiri.