Mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi

Higher Order Thinking Skills (HOTS) atau Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi memungkinkan siswa memaksimalkan proses berpikir dari sekedar menghafal informasi. Bagaimana caranya mengembangkan keterampilan tersebut dalam metode pengajaran Anda sehari-hari dan aktivitas sederhana apa saja yang dapat Anda praktikkan di kelas?

Pertanyaan ini kemudian ditanyakan kepada 100 pendidik di kota Bandung dalam kegiatan sesi berbagi yang diselenggarakan oleh Australian Council for Educational Research (ACER) Indonesia bekerja sama dengan Sekolah GagasCeria. Pemapar, Stewart Monckton selaku Research Fellow di ACER, menyampaikan bahwa sejatinya dengan kita mengajarkan anak-anak kita untuk berpikir daripada mengingat, semua prestasi akademisnya pun dapat turut meningkat.

“Fakta tetaplah penting, tapi saat ini ada banyak cara untuk memperolehnya. Sebuah ponsel cerdas mampu menghadirkan fakta-fakta hanya dengan bantuan koneksi internet. Fakta kini jauh lebih mudah diperoleh – kita harus memikirkan apa yang kita lakukan dengan fakta tersebut, dan inilah yang dinamakan HOTS. HOTS adalah keterampilan dari sekedar menghafal sesuatu menjadi memahami, mengaplikasikan, hingga menciptakan sesuatu yang baru, dan memecahkan permasalahan.”

Apa itu Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi?

igher order thinking skills

Taksonomi Bloom yang sudah direvisi. (Dari Anderson, L. W. & Krathwohl, D.R., dkk. (2001)).

“Di seluruh dunia, para guru sudah mulai menggunakan pendekatan ini untuk melatih keterampilan berpikir,” ujar Monckton. “Setiap siswa berada di titik yang berbeda. Penting untuk diingat, bahwa keterampilan ini tidak terkait dengan umur siswa. Hal ini berarti keterampilan berpikir tingkat rendah tidak semata-mata dimiliki siswa usia lebih muda dan keterampilan berpikir tingkat tinggi hanya dimiliki siswa yang lebih tua – bukan begitu cara kerjanya.”

Dalam kesempatan yang sama, Monckton juga menyampaikan bahwa ada tiga cara agar keterampilan ini terbina di ruang kelas:

  • Transfer – mengingat, memahami, dan mampu menggunakan apa yang dipelajari dalam sebuah situasi yang baru;
  • Berpikir kritis – membuat keputusan atau menyusun kritik argumentatif; dan
  • Pemecahan masalah – mencari solusi untuk sebuah masalah (yang tidak biasa) yang tidak dapat diatasi dengan hanya mengandalkan wajah atau prosedur yang dihafal.

Memulai dari mana

Dengan pengalaman selama 20 tahun sebagai pengajar di berbagai tingkatan kelas, Monckton meyakini bahwa keterampilan ini tidak mengharuskan adanya sesuatu yang istimewa, keterampilan ini ada di dalam aplikasi kurikulum yang kita pakai dan sebaiknya menjadi titik pangkal bagi para guru. Untuk menjelaskan hal ini, beliau menyebutkan beberapa contoh pernyataan yang disadur dari Kurikulum Australia yang menggunakan terminologi seperti ‘mempertimbangkan’, ‘menilai’, ‘mengevaluasi’, dan ‘menyusun’.

“Coba telusuri kurikulum yang ada dan cari di bagian mana keterampilan ini termuat, kemudian beberkan. Bisa jadi, hanya butuh sedikit penyesuaian dalam cara Anda mengajar. Ini bukan hal yang terlalu berat untuk dilakukan.”

“Saran saya adalah untuk terus menjadikan metode ini poin penting ketika membuat rencana pelajaran, saat berbicara dengan siswa atau berdiskusi dengan kolega Anda. Dan saat Anda merencanakan ragam aktivitas di ruang kelas, jangan memaksakan untuk memasukkan seluruh aspek HOTS ke dalam satu kegiatan – itu terlalu berlebihan dan tidak akan berhasil. Tentukan satu aspek dahulu.”

Menurut Monckton, penting bagi guru untuk membedakan kesulitan yang disebabkan oleh pertanyaan dengan kesulitan yang disebabkan oleh keterampilan berpikir. “Harus berupa pertanyaan yang memancing keterampilan berpikir yang sulit, bukan pertanyaan yang secara struktur sulit.”

Salah satu contoh, misalnya kemampuan seorang siswa dapat menjadikan suatu pertanyaan terasa sulit atau mudah; begitu pula jawaban yang disampaikan (bisa berupa jawaban singkat atau sebuah esai); dan meminta siswa untuk menyebutkan angka antara satu dan 1000 dengan tepat, misalnya, terbukti sulit, tetapi itu bukan HOTS – meskipun, meminta siswa menemukan suatu strategi untuk mengidentifikasi suatu angka melalui pertanyaan sesedikit mungkin bisa dianggap sebagai HOTS.

“Memberikan tugas kepada anak tanpa kita ketahui apa solusinya, itulah yang dimaksud keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pertanyaan yang rumit itu tentunya penting, tapi perlu dipastikan tingkat kerumitannya pun tepat – pertanyaan tersebut harus cukup rumit agar memberikan kesempatan setiap siswa untuk melakukan hal-hal yang berbeda untuk menjawab pertanyaan dengan caranya masing-masing.”

“Jika Anda sedang melakukan latihan keterampilan berpikir di kelas Anda dan ternyata semua orang di ruangan berpikir hal yang sama, bisa jadi pendekatan yang Anda lakukan tidak berhasil. Jika latihan keterampilan berpikir dipraktikkan di kelas, maka setiap orang harus memikirkan hal yang berbeda-beda. Kegiatan HOTS juga perlu dibuat cukup terbuka baik bagi siswa dengan kemampuan berpikir tingkat rendah dan tingkat tinggi, ataupun untuk siswa dengan kemampuan yang beragam.”

Kegiatan sederhana di kelas

Monckton menjelaskan tentang dua kegiatan sederhana dengan mengandalkan satu set sumber daya yang umum dimiliki semua sekolah manapun untuk menunjang praktik HOTS di kelas.

Ambil tiga (atau lebih) bola – pilih dengan ukuran, warna, pola, bahan, dan bentuk yang berbeda.

  1. Minta siswa untuk menyortirnya ke dalam dua kelompok yang berbeda, lalu minta mereka untuk menjelaskan pemikiran mereka. Kegiatan semacam ini dapat dilakukan oleh semua siswa dengan kemampuan yang beragam karena tidak ada jawaban yang benar atau salah. Siswa boleh menyampaikan beragam jawaban yang berbeda dan pengelompokan yang sama nantinya akan menghasilkan alasan dan diskusi yang berbeda pula. Untuk mendorong siswa memikirkan pemikiran siswa lain, Anda dapat meminta siswa untuk mengidentifikasi proses berpikir teman sekelasnya saat melakukan pengelompokan.
  2. Dengan menggunakan perlengkapan yang sama, tentukan sebuah permukaan untuk menjatuhkan bola-bola tersebut. Jatuhkan dari ketinggian yang berbeda-beda. Ajak siswa untuk berdiskusi dan memperkirakan apa yang terjadi pada setiap bola dan alasannya. Apa yang terjadi jika kamu mengganti permukaan jatuh (contohnya dengan rumput)? Apa yang akan terjadi, jika kamu menggelindingkannya di lantai daripada menjatuhkannya atau menggelindingkannya di permukaan yang landai?

“Dengan sumber daya yang sederhana sekalipun, Anda tetap mampu mengajak anak-anak kecil untuk mulai mengumpulkan informasi sedini mungkin, seperti jenis bola pertama dan jenis bola kedua. Kemudian Anda menjatuhkan kedua bola dari ketinggian yang sama. Mengapa salah satu melambung lebih tinggi? Ide pokok dari kegiatan di atas bukanlah untuk mendapatkan jawaban yang tepat – namun, agar mereka mampu memikirkan beragam kemungkinan alasan penyebabnya.”

“Jika para siswa memiliki sebuah pemahaman mengenai suatu konteks, coba ubah konteks itu (misalnya dengan jenis lantai yang berbeda). Apakah pemahaman tadi masih masuk akal? Pemikiran baru apa yang diperlukan? Pemikian “lama” apa yang perlu dipertahankan? Ini dilakukan semata-mata untuk memikirkan cara menemukan jawaban, daripada langsung memberikan siswa jawaban yang tepat. Jika suatu ketika dalam penerapan kurikulum, ada bagian yang membahas tentang energi dan transfer energi, Anda dapat mulai membayangkan metode yang tepat, meski tidak harus selalu begitu.”

Monckton menyampaikan bahwa tidak semua pertanyaan yang Anda berikan kepada anak harus HOTS. “Mulai bangun aktivitas keterampilan berpikir dari tingkat rendah dulu untuk membantu anak menyelesaikan tugas atau memahami data, dan pastikan mereka berpikir dengan cara yang sederhana sebelum akhirnya mereka berpikir di tingkat yang lebih rumit.”

Sesi berbagi kali ini fokus pada pemaparan contoh-contoh berbasis sains, tapi Monckton tak lupa menambahkan sejumlah kegiatan sederhana yang dapat diterapkan di semua bidang mata pelajaran.

Awali dengan langkah kecil

“Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi hanya satu dari berbagai cara untuk memperbaiki metode pengajaran sehari-hari. Pesan utama dari pembahasan ini adalah untuk berpikir bagaimana kita secara perlahan, namun pasti dapat mengembangkan keterampilan ini ke dalam kelas.”, kata Monckton dalam kegiatan sesi berbagi.

“Hal ini tidak harus langsung terwujud dalam semalam. Ini merupakan langkah yang penting, tapi perlu diawali dengan langkah kecil – guru itu sosok yang luwes, pintar, dan berpengatahuan luas, sebuah pertanyaan bagus yang disampaikan di tengah proses belajar mengajar dapat menciptakan lebih banyak HOTS daripada yang Anda mungkin bayangkan.”

Referensi

Anderson, L., dkk. (2001). A taxonomy for learning, teaching, and assessing: A revision of Bloom's taxonomy of educational objectives. Addison Wesley Longman: New York.

Pilihlah satu bagian dari kurikulum yang sedang dilakukan. Buatlah daftar pernyataan-pernyataan dalam kurikulum yang menyebutkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Sekarang, pikirkan sebuah pelajaran atau topik yang sudah harus Anda ajarkan dan fokus pada satu keterampilan. Bekerja sama dengan kolega Anda untuk merencanakan sebuah kegiatan sederhana untuk memperkenalkan keterampilan tersebut di kelas Anda.