Pengajaran di masa pandemi – mengevaluasi dan meningkatkan keterampilan membaca murid

Sistem pendidikan di seluruh dunia telah mengambil pendekatannya masing-masing sebagai upaya menghadapi berbagai tantangan dalam proses belajar-mengajar yang hadir selama masa pandemi.Di Filipina, Departemen Pendidikan mengenalkan Perangkat Belajar Jarak Jauh, yang termasuk di antaranya radio serta instruksi berbasis-TV, serta modul belajar-mandiri yang dapat dicetak ataupun diakses secara digital.

Jaylene S Miravel adalah seorang guru Kelas 3 di Lal-lo North Central School di Cagayan. Dalam artikel ini, ia membagikan cerita mengenai bagaimana dirinya memberi dukungan bagi murid yang mengalami ketertinggalan dalam kemampuan membaca akibat panjangnya periode pembelajaran jarak jauh yang disebabkan oleh pandemi.

Lal-lo North Central School, yang dipimpin oleh Dr Fampito M Combate, menciptakan strategi untuk memastikan setiap anak tetap menerima pendidikan dengan kualitas yang baik selama pandemi, terutama dalam hal membaca. Pimpinan sekolah juga berperan untuk memastikan setiap guru memiliki jadwalnya masing-masing untuk memonitor situasi murid-muridnya.

Saya melakukan kunjungan ke rumah untuk mengevaluasi dan memonitor kemampuan membaca murid. Melalui kunjungan rumah semacam ini, saya dapat melihat sendiri skenario yang dimiliki oleh masing-masing murid saya – saya menjadi lebih paham dengan situasi yang dihadapi oleh mereka dan keluarganya masing-masing. Selama kunjungan ini, saya:

  • membawa berbagai materi bacaan untuk murid (dalam Bahasa Filipina dan Inggris);
  • menggunakan pendekatan Marungko, yaitu suatu sistem berbasis-fonetik dalam Bahasa Filipina (Boltron & Ramos, 2021);
  • menggunakan Dolch Sight Words dalam urutan frekuensi yang paling sering muncul di bacaan anak Kelas 1-3;
  • menyediakan cerita pendek untuk meninjau tingkat komprehensi murid; dan,
  • mengelompokkan anak didik saya ke dalam tingkatan keterampilan/antusiasme membaca (non-pembaca, frustasi, instruksional, independen).

Saya menemukan bahwa hanya setengah dari murid saya yang memiliki keterampilan membaca sesuai dengan yang diharapkan dari murid Kelas 3 atau lebih tinggi. Dari pengamatan saya, terdapat beberapa masalah – yaitu: kesulitan dalam penamaan huruf; kesulitan memadukan suara untuk membuat kata-kata; kecepatan membaca yang masih berada di bawah level yang seharusnya dimiliki; dan keterampilan komprehensi yang rendah.

Sekolah saya menggunakan metode cetak modular, dibantu oleh orang tua murid yang diharapkan dapat mengumpulkan paket belajar baru dalam setiap minggu bagi anaknya. Saya menyadari bahwa murid yang tertinggal biasanya berasal dari keluarga dengan ekonomi yang lemah. Orang tua mereka kesulitan menemukan waktu untuk membantu anak-anak mereka dengan modul pembelajaran karena fokus pada pekerjaan mereka yang kerap sulit dan memakan waktu. Akses terhadap materi pembelajaran, peralatan pendukung seperti komputer dan sebagainya juga tidak mencukupi. Sedangkan, orang tua dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi akan memiliki lebih banyak waktu untuk mengajar dan memberikan dukungan kepada anak-anak mereka, atau kemampuan finansial yang lebih kuat untuk menyewa tutor serta peralatan pendukung belajar yang lebih baik.

[Lal-lo North Central School, Cagayan. Gambar: Disediakan]

Sebagai hasil dari evaluasi dan monitoring yang berkelanjutan, saya memutuskan untuk mengubah materi bacaan agar lebih sesuai dengan kebutuhan setiap murid. Hal ini termasuk memberikan materi pembelajaran yang lebih berwarna (Dzulkifli & Mustafar, 2013), mengubah jenis, serta memperbesar ukuran font. Menurut Vered Halamish dan rekan, anak-anak menggunakan ukuran font yang berbeda-beda sebagai penanda ketika memeriksa materi belajar mereka sendiri, dan mengingat kata-kata yang ditulisa dengan font ukuran besar dengan lebih baik. Ketika mulai memperkenalkan perubahan ini, saya melihat membaiknya daya ingat serta pemahaman yang dimiliki oleh murid.

Satu hal lagi yang selalu saya lakukan sebelum mulai mengajar membaca adalah, membangkitkan minat murid – saya kerap menunjukkan gambar berwarna dari cerita yang akan dibaca bersama dan membahas beberapa hal kecil tentangnya. Dengan cara ini, kita dapat mengaktifkan rasa ingin tahu murid dan membuat mereka lebih bersemangat untuk belajar lebih banyak.

Saya juga memberikan fokus untuk membantu dan memberikan bimbingan tambahan kepada murid, terutama mereka dengan kemampuan membaca yang rendah. Setiap hari saya akan mendapat banyak telepon dan pesan dari orang tua murid, bahkan pada malam hari, meminta klarifikasi atau penjelasan lebih lanjut tentang materi pembelajaran, dan bahkan permintaan pengajaran privat melalui panggilan video.

Di masa pandemi ini, amat banyak tanggung jawab yang dipikul orang tua; bukan hal yang aneh, jika mereka kurang memiliki keterampilan untuk memberikan anak-anaknya kemampuan membaca yang baik – di sinilah guru memainkan peran penting.

Referensi

Boltron, M. T., & Ramos, A. L. (2021). Improving Beginning Reading Literacy through Marungko Approach. ASEAN Journal of Basic and Higher Education, 5, 1-12. https://paressu.org/online/index.php/aseanjbh/article/view/285

Dzulkifli, M. A., & Mustafar, M. F. (2013). The influence of colour on memory performance: A review. The Malaysian Journal of Medical Sciences: MJMS, 20(2), 3. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3743993/

Halamish, V., Nachman, H., & Katzir, T. (2018). The effect of font size on children’s memory and metamemory. Frontiers in Psychology, 9, 1577. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2018.01577

Ketika sekolah Anda berada dalam periode pembelajaran jarak jauh, bagaimana cara Anda tetap terhubung dengan murid Anda serta keluarganya?

Bagaimana Anda mengevaluasi dan memonitor kemampuan membaca murid? Bagaimana pengetahuan tentang kemampuan membaca ini dapat membantu Anda menentukan materi belajar serta dukungan ekstra bagi murid?