Bersama membangun ekspektasi perilaku di ruang kelas

Di Pakuranga College di Auckland, Selandia Baru, program pengajaran profesional telah menjadi hal yang terstruktur. Dalam arti, para staf telah terbiasa berbagi dan bersama mendiskusikan sumber-sumber berbasis bukti.

‘Kami sangat mengutamakan pengumpulan data… Terutama untuk memiliki akses kepada riset dan informasi berbasis bukti, kedua hal sesuatu yang sangat penting bagi kami,’ jelas Wakil Kepala Sekolah Menengah Pertama, Larraine Barton.

Pada tahun 2018 ketika Barton memegang posisi Kepala Fakultas Departemen Sains, ia mendapati dirinya mendengarkan sebuah episode podcast dari majalah Teacher, Dr Bill Rogers tentang Memulai Tahun Ajaran Baru, dalam seri Manajemen Perilaku. Barton kemudian mengimplementasikan beberapa strategi Rogers di ruang kelasnya sendiri, juga menyebarkan episode tersebut – berikut transkripnya – kepada rekan-rekan kerja.

Bersama membangun ekspektasi

Dalam podcast tersebut, Rogers menyampaikan bahwa di awal tahun ajaran baru, ketika para guru berada dalam tahap pembuatan kesepakatan perilaku siswa demi lingkungan ruang kelas yang positif, ‘kebanyakan guru mengulas tiga area krusial: hak siswa untuk merasa aman, tidak hanya secara fisik namun juga secara psikologis, serta mengapa itu penting; hak fundamental siswa untuk diperlakukan dengan hormat serta mendapatkan perlakuan yang adil; dan tentu saja, hak siswa untuk memperoleh pembelajaran tanpa gangguan yang tak semestinya dari siswa-siswa lain – intinya, suatu komunitas belajar ideal sebagaimana harusnya.’

Barton mengemukakan prinsip-prinsip tersebut di ketiga kelasnya. Di awal tahun ajaran baru, ia biasanya akan bertanya kepada para murid, bagaimanakah ruang kelas yang ‘baik’ itu, dan apa saja ekspektasi mereka, sebelum memperkenalkan tiga area gagasan pokok yang telah dijelaskan oleh Rogers.

‘Pada titik tersebut, pada dasarnya saya mengajak para murid untuk betul-betul bekerja dan membongkar gagasan mereka secara lebih rinci,’ jelas Barton. ‘Kami akan menuliskan gagasan-gagasan tersebut di atas kertas, seperti halnya ajang tukar pikiran formal, kami juga pernah mengerjakannya lewat Google Docs yang kemudian akan saling dibagikan di antara kelompok-kelompok yang ada di kelas… cara pengerjaan kerap tergantung dari kelas yang sedang saya ajar saat itu. Apa yang paling penting adalah untuk memperoleh dan mengumpulkan ide-ide untuk selanjutnya dijadikan suatu kesepakatan bersama dalam upaya membuat ruang kelas menjadi lebih baik.

‘Kami cenderung memilih untuk mengunggah poin-poin tersebut pada Google Classroom dan bukannya, misalnya saja, menempelkannya di papan di tembok. Tentu demi menjaga agar ide-ide tersebut terus bertahan serta mudah diakses – bahwa inilah harapan-harapan yang kami miliki terhadap satu sama lain. Proses ini telah benar-benar terasa bermanfaat bagi kami, sebab akan lebih mudah bagi para murid untuk membaca tulisan dengan kata-kata mereka sendiri, untuk dapat mengingat kembali hal-hal yang mereka anggap penting. Juga membantu mereka sebagaimana hal ini membantu saya, untuk memahami bahwa sebenarnya saya dan para murid memiliki pikiran yang sama, bahwa kami semua memiliki tujuan bersama.

Pengembangan profesional yang mumpuni

Fokus sekolah pada pengembangan profesional berbasis bukti menjangkau hingga program guru pemula, di mana Barton terlibat di dalamnya. Pada rapat di awal tahun ajaran, para guru pemula akan diberikan tiga artikel mengenai karya Rogers, berikut transkrip podcast majalah Teacher.

‘Transkrip semacam ini sangat bagus mempertimbangkan kemungkinan adanya orang-orang yang mungkin tidak senang mendengarkan podcast’ kata Barton. ‘Sekolah kami memiliki program pembelajaran profesional yang cukup terstruktur. Kami menerapkan satu jam setiap Jumat pagi untuk kelompok pembelajaran profesional kami… sehingga mereka dapat terbiasa dengan gagasan “ini bahan bacaannya untuk kita, sekarang mari diskusi”.

‘Maka mereka akan berbagi mengenai apa yang mereka peroleh dari artikel-artikel tersebut serta strategi yang bagi mereka dapat berguna, juga yang pernah atau hendak mereka terapkan,’ lanjut Barton.

‘Bagi saya ini mengagumkan, sebab ada sangat banyak poin yang dijelaskan di artikel yang ternyata sudah atau sedang mereka jalankan. Dan lagi-lagi, yang bahkan lebih luar biasa dari hal ini adalah, para guru pemula tersebut kemudian saling berbagi satu sama lain mengenai apa sesungguhnya makna ‘kelas yang baik’, hal ini datang dari mereka dan bukan atas arahan saya, ataupun arahan guru-guru kelas senior kami. Hal ini benar-benar sangat berharga bagi saya.’

Kami selalu senang berbagi contoh-contoh praktis mengenai bagaimana para pendidik menerapkan pendekatan berbasis informasi bukti dalam konteks pekerjaannya masing-masing. Apabila Anda juga memiliki contoh lain tentang bagaimana Anda memanfaatkan Teacher untuk mendukung kerja profesional Anda, silakan hubungi tim kami dan bagi cerita Anda melalui teachereditorial@acer.org

Coba pertimbangkan tiga gagasan pokok yang telah diidentifikasi oleh Dr Bill Rogers. Apakah Anda pernah memperkenalkan beberapa di antaranya ke murid-murid Anda, atau bahkan seluruhnya? Apakah dengan memperkenalkan gagasan-gagasan tersebut benar memberi pengaruh positif kepada perilaku siswa di ruang kelas?