Manajemen Perilaku Episode 1: Dr. Bill Rogers tentang memulai tahun baru

Halo dan terima kasih sudah mengunduh podcast ini dari majalah Teacher – Saya Jo Earp.

Tamu saya pada episode pertama dari serial baru kami tentang Manajemen Perilaku adalah seorang guru, konsultan pendidikan, dan penulis bernama Dr. Bill Rogers. Sebagai seorang Honorary Fellow di Melbourne University, Dr Rogers berbagi keahliannya dalam manajemen perilaku, pengajaran yang efektif, manajemen stres, dukungan kolega, dan kesejahteraan guru di seluruh dunia melalui kuliah, seminar, dan kursus-kursus pengembangan profesional, serta tentu dengan guru-guru di kelas.

Jo Earp: Bill Rogers, selamat datang di majalah Teacher. Dalam buku anda [You Know the Fair Rule], anda menyinggung sedikit tentang pembentukan lingkungan kelas yang positif, dan bahwa fase awal pelaksanaanya adalah dimulainya kelas baru. Apa saja yang harus guru lakukan pada masa awal tersebut untuk bisa membangun suasana kelas?

Bill Rogers: Fase pembentukan pada dasarnya adalah pertemuan pertama di kelas baru. Meskipun anda telah mengenal beberapa siswa dari tahun-tahun sebelumnya, siswa masih memiliki kesiapan psikologis dan suatu bentuk kesiapan perkembangan yang memerlukan penjelasan tentang kelas kali ini. Mereka sadar bahwa guru yang akan menetapkan rutinitas dan aturan, jadi mereka akan mengharapkan hal tersebut. Selain itu, sambil mereka mengenal guru mereka, guru pun akan mengenal mereka. Dengan begitu, guru tidak hanya membangun kepemimpinan, tapi juga hubungan dengan siswa dan rasa percaya, yang sangat penting untuk guru agar dapat bekerja dengan siswa.

Setidaknya ada tiga aspek penting dari fase pembentukan yang harus tepat pelaksanaannya. Pertama adalah rutinitas inti. Ini mencakup semua, dari mulai cara guru masuk ke kelas. Bayangkan datang dari lingkungan taman bermain yang ricuh dan bising, ke kelas yang lebih tenang. Transisi antara waktu 'sosial' dan waktu 'kelas' sangat penting. Guru yang membangun rutinitas positif pada momen-momen ini akan mendapatkan kelancaran di masa kritis minggu-minggu pertama kelas. Di antara rutinitas positif ini adalah cara kita membangun fokus dan perhatian seluruh kelas, pengaturan tempat duduk, tingkat kebisingan di ruangan – seperti volume suara 25 siswa ditambah guru mereka di ruang kecil - sampai menjaga kelas tetap rapi dan terorganisir, monitor sistem, penutupan pelajaran, dan cara guru meninggalkan ruangan.

Berikutnya yang tidak kalah penting adalah pembuatan perjanjian dengan siswa – lebih spesifiknya perjanjian perilaku siswa, atau pemahaman tentang cara berperilaku di kelas. Kebanyakan guru memuat tiga area penting: hak untuk merasa aman, tidak hanya secara fisik tetapi juga psikologis, serta maknanya; hak untuk saling menghormati dan memperlakukan satu sama lain secara adil; dan tentu hak untuk belajar tanpa gangguan yang tidak semestinya dan tidak masuk akal dari siswa lain, intinya apa yang seharusnya dirasakan dalam lingkungan belajar. Sebagian besar guru menyebut perjanjian ini sebagai 'perjanjian perilaku siswa', atau 'hak dan tanggung jawab', atau bahkan 'aturan kelas yang positif', tetapi isinya selalu mencakup pengertian tentang keamanan, rasa hormat, dan pembelajaran tersebut.

Terakhir, kepemimpinan guru bisa datang dengan sendirinya atau bisa direncanakan. Guru akan mencoba membangun kepemimpinannya dengan kesadaran bahwa ia sedang memulai perjalanan dengan para siswa. Kualitas kepemimpinan guru sangat penting untuk dipikirkan dalam fase pembentukan.

JE: Anda tadi menekankan perlunya keselerasan dengan hal seperti hak untuk merasa aman dan hak untuk belajar, Dengan begitu, apakah penting untuk menyatakan keselarasan ini secara eksplisit, dan tidak sekedar menjabarkan peraturan kelas, saat membuat “kontrak” tersebut dengan murid? Apakah ini intinya?

BR: Sangat penting untuk menyatakan hal tersebut secara gamblang dalam masa kritikal pertemuan awal, bahkan dengan siswa sekolah menengah. Sangat penting untuk bisa mengeksplorasi bersama mereka apa saja yang termasuk dalam hak untuk merasa aman. Bisa dikatakan, hak untuk merasa aman, hak untuk belajar, serta hak untuk dihormati dan diperlakukan adil, tidak dapat dinegosiasikan. Anda tidak bisa memulai kelas dengan bertanya kepada anak-anak yang sudah lebih besar, atau bahkan anak-anak sekolah dasar yang tingkat atas, ‘menurut kamu, hak apa yang kamu miliki?’. Anda harus memulai dari hak-hak yang saya sebutkan di atas dan mendiskusikan seperti apa tampak, suara, dan rasa lingkungan yang aman; seperti apa tampak, suara, dan rasa lingkungan yang saling menghormati; dan bagaimana rasa dan suara lingkungan belajar yang saling mendukung. Ini mencakup semuanya, mulai dari mengatur tingkat kebisingan, cara berbagi pendapat ketika diskusi di kelas, bahkan tingkat ketidaksepakatan yang dianggap sehat. Namun penting juga untuk menunjukkan bahwa ketidaksepakatan dalam diskusi kelas harus dilakukan secara santun. Jika siswa tidak setuju dengan satu sama lain, mereka harus bisa memberikan alasan, Siswa tidak boleh mengolok-olok siswa-siswa lain karena tidak setuju dengan mereka.

Pemahaman ini berasal dari basis inti yang tidak bisa dinegosiasikan. Hak untuk merasa aman, hak untuk dihormati, dan hak untuk belajar adalah basis untuk guru membangun perjanjian ini. Guru tidak akan menyebutnya 'kontrak' tetapi guru akan menggunakan frasa seperti 'perjanjian perilaku siswa' atau 'pemahaman tentang hak dan tanggung jawab', tergantung usia siswa. Sebagian besar guru menerbitkannya dalam bentuk yang mudah dipahami, misalnya, dengan memajang beberapa poster besar di depan ruang kelas bertuliskan ‘Kita semua memiliki hak untuk dihormati. Jika kita ingin menikmati rasa hormat ini, kita harus ...’ lalu mencantumkan perilaku-perilaku yang telah didiskusikan bersama. Hal yang sama dengan hak untuk belajar. ‘Untuk belajar dengan baik di sini dan menikmati hak tersebut, kami: masuk kelas tepat waktu, membawa bahan-bahan yang relevan, selama diskusi kelas kami mengangkat tangan dan menunggu giliran kami, jika kami tidak setuju maka kami tidak setuju dengan santun ... '

Jadi, kita mulai dengan hak, kemudian melihat perilaku dasar yang seharusnya mengekspresikan hak tersebut sesuai dengan kelompok usia siswa.

JE: Hal lain yang sering dipikirkan pendidik selama liburan dan menjelang tahun ajaran baru adalah tata fisik ruang kelas. Pengaturan tempat duduk, misalnya. Bagaimana lingkungan fisik dapat mendukung strategi manajemen perilaku anda dan haruskah pendidik mencoba berbagai pengaturan tempat duduk? Atau, apakah guru perlu memilih satu pengaturan dan dijalankan saja?

BR: Saya pikir hal paling utama tentang pengaturan tempat duduk adalah kesesuaiannya dengan kondisi fisik siswa. Mengenai hal ini kami biasanya melakukan diskusi antar kolega, untuk mengobservasi kesesuaian tata letak tempat duduk dengan kebutuhan siswa. Bagaimana pengaturan yang memungkinkan mereka untuk tetap dengan leluasa bergerak? Apakah ada kebutuhan khusus di balik pengaturan tempat duduk yang kita lakukan? Khususnya di kelas-kelas seperti Teknologi Pangan dan Ilmu Pengetahuan Alam, dimana tempat duduk harus diatur sesuai dengan apa yang dilakukan di ruangan tersebut

Dalam hal siapa yang duduk dengan siapa, kecuali guru memiliki kelas yang sangat kooperatif, seorang guru sebaiknya melakukan antisipasi untuk mencegah terjadinya bentuk-bentuk eksklusi dengan melakukan pengaturan. Jika seorang guru mengatakan pada hari pertama, ‘duduklah di tempat yang kamu inginkan', apa yang bisa terjadi (misalnya) bagi anak-anak yang berpikir mereka sangat keren, anak-anak yang cenderung narsistik, kemungkinan adalah mereka akan memilih untuk duduk dengan teman-teman terdekat mereka. Dan bukanlah pengaturan terbaik untuk pembelajaran apabila siswa hanya duduk dengan teman-teman dekat mereka. Hal ini dapat menyisihkan siswa yang kurang percaya diri.

Saya kira penting untuk guru memiliki rencana pengaturan tempat duduk dan menentukan rencana itu berdasarkan pemahaman tentang siswa mereka. Mereka dapat memodifikasi pengaturan itu seiring berjalannya waktu. Pengelompokan berdasarkan kelompok pertemanan dapat diadakan pada kesempatan-kesempatan tertentu saja, karena anak-anak punya banyak waktu untuk bermain dengan teman-teman terdekat mereka di luar jam kelas. Guru perlu menjelaskan hal ini kepada mereka, bahwa waktu belajar mengajar bukanlah tempat untuk duduk bersama teman-teman belaka.

JE: Jika anda masuk ke ruang guru dan meminta saran tentang suasana disiplin apa yang perlu dibangun dengan kelas baru, saya jamin anda mungkin akan mendengar saran 'mulai dengan keras dan redakan sambil berjalan jika perlu '. Apa respon anda terhadap nasihat semacam itu?

BR: Saya ingat bertahun-tahun yang lalu ketika saya pertama kali mengajar, ada ungkapan yang guru kadang dengar yaitu 'jangan tersenyum sampai Paskah'. Ini benar-benar tidak masuk akal. Guru harus membangun hubungan dengan siswa. Mengajar adalah perjalanan relasional yang dinamis dengan siswa, bukan sekedar pabrik pembelajaran. Apakah kita suka atau tidak, hubungan yang kita bangun akan tetap ada – untuk baik atau buruknya. Kita harus menjalin hubungan dengan anak-anak kita.

Keseimbangan antara kepemimpinan yang tepat, termasuk manajemen perilaku dan juga membangun hubungan kerja yang positif dengan siswa, adalah keseimbangan yang selalu dijaga oleh guru. Tentu ada momen untuk bersikap tegas kepada siswa, terutama ketika ada perilaku yang mengganggu, tetapi juga harus diseimbangi dengan menghormati dan tetap positif dengan siswa. Hal ini sangat tergantung pada kesadaran guru dalam memilih bahasa yang digunakan. Guru tidak berperan sebagai pemimpin hanya agar disukai oleh siswa. Guru berperan profesional, tetapi peran tersebut melibatkan terjalinnya hubungan. Mendapatkan keseimbangan antara peran guru dengan kebutuhan kepemimpinan dan manajemen memang bukan hal yang mudah, tetapi ketegangan kreatif ini dapat diimbangi dengan bahasa yang positif dan penuh rasa hormat, menghindari konfrontasi yang tidak perlu ketika mengelola perilaku, dan juga tidak mudah terikut beberapa perilaku yang ditunjukkan anak-anak - seperti merajuk dan cemberut, berargumentasi, dan sebagainya.

Jadi, saya dan kolega-kolega menaruh banyak pemikiran dalam apa yang kami sebut 'bahasa manajemen perilaku' dan 'bahasa disiplin', supaya guru bisa mendapatkan ketegangan kreatif yang cukup antara kepemimpinan dan hubungan yang terbentuk dalam beberapa minggu pertama kelas yang kritikal itu.

Sebagai contoh sederhana. Ketika guru ingin menenangkan kelas, terutama siswa yang lebih rusuh, guru sebaiknya tidak bertanya kepada siswa, 'bisa kamu diam?', 'bisa kamu berhenti bicara?', ‘boleh kamu menghadap ke depan dan dengarkan?' Guru seharusnya tidak meminta. Pemimpin-pemimpin yang penuh hormat tetapi tetap positif dan percaya diri akan mengatakan hal-hal seperti 'ok, tenang semua', 'lihat ke sini dan dengarkan, terima kasih'. Lalu jika ada siswa yang berbicara, mereka tidak akan bertanya 'mengapa kamu berbicara?’, Mereka akan mengatakan hal-hal seperti 'sejumlah siswa masih mengobrol, Anda harus menghadap ke sini dan mendengarkan, terima kasih'. Mereka juga tidak akan menyambut 'selamat pagi' atau 'selamat sore' ke kelas mereka dan memulai kegiatan belajar, sampai siswa jelas sudah mendengarkan dan menghadap ke depan. Saya pernah melihat siswa dengan punggung mereka menghadap ke guru, dan guru tersebut memilih untuk mencoba berbicara melalui atau ke punggung mereka daripada mengatakan "Anda harus berbalik, terima kasih, menghadap ke sini dan dengarkan". Jika siswa berteriak memanggil guru, guru yang percaya diri akan mengatakan "ada siswa yang memanggil, ingat angkat tangan, tidak perlu berteriak, terima kasih". Guru seperti ini juga tidak akan menjawab pertanyaan sampai kelas tenang dan fokus.

Bahkan urusan yang tampak mendasar seperti membangun perhatian dan fokus kelas perlu direncanakan. Hal ini tidak bisa muncul hanya dari niat dan harapan baik. Guru harus mempertimbangkan bahasa yang digunakan demi membantu siswa agar bisa tenang dan mengikuti pengalaman belajar di ruang kelas yang tidak besar itu.

JE: Semua ini tentang meletakkan landasan untuk masa depan bukan? Kita sudah bicara tentang fase pembentukan. Berapa lama fase itu? Apakah satu term, setengah term, beberapa hal bahkan mungkin perlu dilakukan dalam beberapa hari?

BR: Kami memiliki masa empat term per tahun di Victoria, jadi itu 10 minggu. Sebagian besar guru, jika mereka merencanakan fase pembentukan dengan rutinitas inti yang positif, ekspektasi perilaku bijaksana yang dipublikasikan dengan cara yang ramah-pengguna dan sesuai usia - dan secara positif, tidak 'jangan berteriak' atau 'jangan bicara sementara guru berbicara' tetapi lebih positif seperti ‘angkat tangan tanpa berteriak' daripada 'jangan berteriak', ‘menghadap ke depan dan mendengarkan' daripada 'jangan bicara ketika guru berusaha mengajar '. Ketika seorang guru menetapkan pengaturan dan pemahaman ini, dalam waktu sekitar tiga sampai empat minggu, sebagian besar guru telah mendapatkan kelompok siswa yang cukup penuh harapan. Tentunya pada pertengahan term 1, ada kohesi yang muncul yang telah dibangun dan dibentuk oleh perencanaan guru dalam beberapa minggu pertama yang kritikal tersebut.

Maksud saya, sejak hari pertama, siswa yang cenderung mengganggu dan merasa kurang perhatian, tentu membutuhkan bimbingan tentang perilaku mereka dari guru. Bimbingan ini bisa terjadi di ruang publik, yaitu di kelas itu sendiri, maupun di sesi empat mata dengan siswa yang sulit tersebut. Dan lagi, ada banyak penelitian yang sangat jelas menyatakan bahwa guru yang efektif dan positif akan menindaklanjuti dengan siswa satu per satu, dimana mereka dapat melakukan percakapan tentang perilaku siswa dengan penuh rasa hormat, termasuk bagaimana siswa tersebut telah mempengaruhi hak-hak siswa lain di kelas. Dan bahkan guru dapat menindaklanjuti satu-dua siswa yang paling butuh perhatian secara empat mata ini pada beberapa hari pertama kelas. Keseimbangan antara kepemimpinan terhadap perilaku siswa di ranah publik dan percakapan tentang perilaku siswa secara pribadi sangat penting dijaga dalam beberapa minggu pertama. Bahkan itu adalah bagian dari membangun hubungan dengan para siswa yang lebih sulit tersebut.

JE: Akhirnya, dan kami akan membiarkan anda pergi karena kami tahu anda sangat sibuk! Apakah anda memiliki kata-kata penyemangat bagi para pendidik saat mereka memasuki tahun ajaran baru ini - saya berpikir terutama bagi mereka yang baru memulai profesi ini, mereka baru saja lulus, dan mereka mungkin sedikit khawatir tentang aspek ini sebagai guru?

BR: Ya, saya piker sangat, sangat penting bagi guru, terutama guru pemula, untuk tidak takut bertanya dan mencari dukungan dari kolega mereka. Kebanyakan guru, berdasarkan pengalaman mereka sendiri sebagai guru pemula, sangat bersedia untuk memberikan dukungan kepada guru baru. Dukungan dapat berbentuk dukungan moral, yang kita semua butuhkan, maupun dukungan profesional, seperti suatu sesi diskusi dimana kita bisa duduk bersama, belajar banyak hal, dan saling berbagi keprihatinan kita. Mungkin bahkan bisa diadakan kunjungan ke ruang kelas satu sama lain untuk observari berbagai bentuk praktik mengajar dari rekan-rekan sesama guru. Tentu harapannya praktik-praktik yang baik.

Sangat penting untuk tidak memendam masalah dan berpikir bahwa anda adalah satu-satunya yang menghadapi kesulitan - karena perjuangan adalah biasa dalam profesi kita, terutama jika kita berada di sekolah yang lebih menantang. Jadi, dalam beberapa minggu pertama, jika ada yang tidak berjalan seperti yang anda harapkan, dan anda tahu bahwa ada masalah dengan beberapa siswa, atau bahkan seluruh kelas tidak berfungsi dengan baik, sangat penting untuk mencari dukungan dari kolega anda - baik dukungan moral maupun dukungan praktis dan bimbingan. Terkadang, ini dapat berarti guru bekerja bersama untuk kelas-kelas yang lebih sulit.

Semoga, tentu saja, guru pemula tidak akan diberikan kelas yang terlalu sulit untuk memulai karir mereka. Mari berharap ada keseimbangan yang masuk akal di sana. Terkadang bisa saja guru pemula diberikan siswa yang lebih sulit, yang sebetulnya tidak adil. Kalau guru pemula berpikir itu terjadi pada mereka, sekali lagi sangat penting untuk menyampaikan hal tersebut kepada jajaran kepemimpinan mereka untuk meminta dukungan menghadapi situasi itu.

Jadi, dukungan kolega saya pikir sangat penting di bagian awal tahun ajaran. Banyak sekolah yang merencanakan dengan baik tahap pembentukan yang kritikal ini, sehingga guru pemula tidak semata-mata memulai kelas secara tidak siap atau 'buta'. Banyak sekali sekolah sekarang merencanakan untuk fase tersebut supaya guru lebih siap, dan persiapan tentu saja sangat penting bagi mereka yang mulai merasakan kecemasan alami yang semua guru miliki saat menghadapi kelas baru.

JE: Luar biasa, sangat senang berbicara dengan anda hari ini - terima kasih atas waktunya dan semoga sukses di tahun 2017. Semoga kita dapat berbincang lagi suatu waktu di waktu lain, tapi sementara itu, terima kasih banyak telah berbagi keahlian anda dengan Teacher.

BR: Terima kasih kembali, dan saya berharap yang terbaik juga bagi kolega saya di tahun yang baru bersama siswa mereka. Siapa pun yang kebetulan mendengarkan ini dan membaca artikel terkait, saya berharap yang terbaik untuk perjalanan mengajar anda tahun ini.

Anda telah mendengarkan podcast dari majalah Teacher. Lihat transkrip podcast yang lengkap serta bacaan terkait, termasuk seri tiga bagian tentang manajemen perilaku dan disiplin kelas oleh Dr. Bill Rogers, di www.teachermagazine.com.au. Untuk mengunduh semua podcast kami, silakan langsung ke acer.ac/teacheritunes atau www.soundcloud.com/teacher-acer.

Referensi

Rogers, B. (2011). You know the fair rule: strategies for positive and effective behaviour management and discipline in schools. (3rd edition) Australian Council for Educational Research: Melbourne.

Dengan cara apa anda ‘membangun suasana’ di awal tahun ajaran? Bagaimana cara anda membangun lingkungan kelas yang positif?

Apakah ada saran untuk kolega anda dalam menyiasati pendirian kelas baru di awal tahun ajaran? Strategi apa yang efektif untuk anda?