Mengintegrasikan tugas algoritma ke dalam pengajaran di tahun-tahun awal sekolah

Dalam beberapa tahun terakhir, keterampilan berpikir komputasional semakin diakui di seluruh dunia sebagai bagian penting dari kurikulum. Algoritma adalah komponen kunci dari pemikiran komputasi, dan dasar untuk mengembangkan keterampilan ini dimulai pada tahun-tahun awal sekolah.

Di Finlandia, pemikiran algoritmis adalah kegiatan lintas kurikuler wajib yang dimulai di Kelas 1, sedangkan berbagai proyek dan inisiatif yang berfokus pada pengembangan keterampilan berpikir komputasional telah diperkenalkan ke sekolah pra dan dasar di Singapura (Seow et al, 2019). Di Indonesia, sebuah program yang didukung oleh Google menargetkan pelatihan ribuan guru dalam berpikir komputasi (Jusuf, 2020).

Para peneliti di AS di artikel ini menyelidiki perkembangan keterampilan berpikir komputasional dan disposisi anak-anak. Profesor Joohi Lee dan rekan-rekannya dari University of Texas di Arlington mengatakan bahwa meski desain algoritma adalah “komponen pemikiran komputasi yang paling penting”, sayangnya konsep tersebut belum banyak diilustrasikan dalam literatur anak usia dini.

Para peneliti telah membangun rencana pengembangan keterampilan desain algoritma menggunakan apa yang mereka sebut sebagai “unplugged activities”, yaitu aktivitas di luar teknologi komputer itu sendiri yang umum dilakukan setiap anak dalam kesehariannya. Sebagaimana istilahnya, aktivitas semacam ini tidak memerlukan teknologi. Dalam tulisannya di jurnal Contemporary Issues in Early Childhood, mereka berbagi beberapa kegiatan dan tips praktis untuk membantu guru mempromosikan keterampilan desain algoritma di tahun-tahun awal sekolah.

“Hal ini kami lakukan untuk mendukung anak-anak menjadi sosok pemecah masalah yang lebih logis di dunia yang semakin digital, lebih banyak aktivitas perlu disusun untuk mengembangkan kemampuan desain algoritma eksplisit serta cara berpikir komputasional bagi anak usia dini.” mereka berpendapat.

Algoritma adalah solusi langkah demi langkah untuk memecahkan suatu masalah. Para peneliti memaparkan keterampilan utama lainnya dalam pemikiran komputasional adalah: dekomposisi (memecah sesuatu seperti masalah atau sistem menjadi bagian-bagian yang lebih kecil); pengenalan pola (mencari pola dan persamaan); dan abstraksi (berfokus pada informasi penting).

Mengomentari relevansinya dengan anak-anak, Profesor Lee dan rekannya menulis: “Desain algoritma sering dikaitkan dengan ilmu komputer dan matematika tingkat atas. Namun, algoritma sebenarnya sudah hadir sejak di kelas anak usia dini dan sekolah dasar,” tambah Profesor Lee bahwa guru mungkin kerap menerapkannya di ruang kelas tanpa sadar.

Mereka menunjuk pada penelitian yang menunjukkan keterampilan desain algoritma berhubungan dengan kemampuan tingkat lanjut anak-anak untuk mengatur, mengontrol, dan mengevaluasi tindakan mereka sendiri.

Aktivitas yang mudah dilakukan di ruang kelas

Para peneliti menyatakan bagaimana guru di tahun-tahun awal sekolah perlu “merencanakan dengan hati-hati dan dengan sengaja menerapkan” tugas algoritma sebagai bagian dari pembelajaran sehari-hari sehingga anak-anak dapat membangun keterampilan mereka, dan bagaimana menggunakan bahasa eksplisit adalah bagian penting dari pengajaran ini.

Kegiatan sehari-hari seperti berpakaian dan menyikat gigi, dan permainan di kelas seperti menyelesaikan teka-teki atau membangun model, semuanya menawarkan kesempatan bagi anak-anak untuk mempraktikkan desain algoritma. Di kelas, guru disarankan untuk menggunakan bahasa eksplisit – khususnya, kata-kata ordinal (pertama, kedua …) – untuk menekankan kegiatan yang bersifat langkah-demi-langkah.

“Tugas bertema algoritma pada anak usia dini kerap melibatkan prosedur langkah demi langkah, seperti membuat resep, membuat peta harta karun, mengembangkan dan mengikuti aktivitas langkah-demi-langkah (how-to), dan berbagi rutinitas sehari-hari. Tugas harian dengan prosedur langkah demi langkah dapat disorot untuk mempromosikan keterampilan desain algoritma anak-anak dan pada akhirnya pemikiran komputasi mereka, “tulis para peneliti.

Misalnya, saat memasak mengikuti resep, terdapat urutan yang jelas yang harus diikuti, dan tidak terbatas hanya dengan bahan yang digunakan. Memiliki peralatan yang benar juga merupakan bagian dari tugas langkah demi langkah (Anda mungkin memerlukan mangkuk untuk menggabungkan bahan, atau oven untuk memanggang campuran). Memberikan contoh pengajaran eksplisit tentang cara membuat es krim sundae, para peneliti menulis: “Pertama, ambil mangkuk dan sendok”; “Kedua, masukkan es krim ke dalam mangkuk,” dan seterusnya. Membimbing anak-anak melakukan hal ini akan membantu memperkuat ingatan anak terkait setiap langkah dalam suatu urutan, juga bahkan mengembangkan keterampilan bahasa yang lebih luas."

Pemodelan oleh guru adalah aktivitas lain yang membantu membangun keterampilan desain algoritma, meskipun Anda mungkin tidak pernah memikirkannya dengan cara ini sebelumnya. Tim peneliti mencontohkan kegiatan kerajinan di mana anak-anak belajar membuat ulat bulu dengan menempelkan lingkaran-lingkaran berwarna pada selembar kertas.

“Jika Anda berencana untuk membuat model ‘how-to’, model ini adalah contoh yang dapat diajarkan untuk membantu anak-anak mempraktikkan keterampilan desain algoritma sekaligus memperkenalkan istilah ‘algoritma’. Misalnya, guru dapat mengatakan: ‘Saya akan menunjukkan algoritma untuk membuat ulat dengan tujuh lingkaran kepada kalian.’” Dalam kasus ini, kegiatan di mana anak-anak melakukan proses yang sama berulang-ulang (menempelkan lingkaran ke bawah) ini juga merupakan kesempatan untuk memperkenalkan istilah dalam ilmu komputer yaitu “loop”.

Menjelaskan apa yang akan terjadi di sekolah hari ini juga merupakan peluang pembelajaran yang mudah dilakukan – “Pertama, kita akan saling bertukar cerita sambil beristirahat di atas karpet; kedua, kita akan memiliki waktu untuk memakan camilan …”.

Jika Anda menginginkan lebih banyak ide untuk aktivitas algoritma dan tugas untuk membangun keterampilan komponen lain dari pemikiran komputasi di tahun-tahun awal, proyek Digital Technologies in Focus di Australia telah menghasilkan satu set kartu yang dapat dicetak (dalam bahasa Inggris) dengan ide aktivitas lainnya untuk guru dan orang tua.

Referensi

Australian Curriculum, Assessment and Reporting Authority (ACARA, 2021). Digital Technologies in Focus: Computational thinking in practice. https://www.australiancurriculum.edu.au/media/5908/computational-thinking-in-practice-parent-teacher-cards.pdf (PDF, 1.9MB)

Lee, J., Joswick, C., Pole, K., & Jocius, R. (2021). Algorithm design for young children. Contemporary Issues in Early Childhood. https://doi.org/10.1177/14639491211033663

Jusuf, R. (2020, February 18). New skills for Indonesia’s next generation. Google Asia. https://blog.google/around-the-globe/google-asia/new-skills-for-indonesias-next-generation/

Seow P., Looi C.K., How M.L., Wadhwa B., & Wu L.K. (2019). Educational Policy and Implementation of Computational Thinking and Programming: Case Study of Singapore. In S.C Kong & H. Abelson H (Eds.), Computational Thinking Education. Springer. https://doi.org/10.1007/978-981-13-6528-7_19

Dengan seorang rekan, atau sendiri, pikirkanlah tentang kegiatan dan rutinitas sehari-hari di kelas Anda. Manakah yang menawarkan peluang untuk membangun keterampilan desain algoritma murid? Bagaimana Anda akan menekankan pentingnya menjalani langkah-demi-langkah dari tugas-tugas semacam ini? Bahasa semacam apa yang akan Anda gunakan?