Wawancara Kepemimpinan: Real-world learning untuk murid

Dalam wawancara kepemimpinannya, Cholis Muarifah membagi pengalaman tentang bagaimana SMP Muhammadiyah 9 Jakarta, Indonesia, meberikan pengalaman yang otentik lewat program real-world learning serta cara guru mengadaptasi pembelajaran yang ada untuk memastikan keseluruhan pengalaman ini tidak berhenti di masa pembatasan sosial pandemi COVID-19.

Pertama-tama, dapatkah Anda memberikan sedikit informasi kepada pembaca tentang sekolah yang Anda pimpin?

SMP (Sekolah Menengah Pertama) Muhammadiyah 9 Jakarta, didirikan pada tahun 1957 oleh para pemuka Islam yang tergabung dalam organisasi Muhammadiyah (salah satu dari dua aliran Islam terbesar di Indonesia), dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan umat Islam. Rata-rata usia siswa yang masuk sekolah berkisar antara 12-13 tahun, lulus pada usia 15-16 tahun. Siswa berasal dari beberapa kecamatan dengan jarak sekitar 5-15 kilometer. Ada beberapa siswa yang tinggal cukup jauh dari sekolah, misalnya di Depok dan BSD (Bumi Serpong Damai), dan Tangerang (kotamadya lain). Saat ini, kami memiliki 165 siswa dan 14 guru.

Apa peran Anda dan sudah berapa lama Anda bekerja di sekolah ini?

Saat ini saya diberi amanah untuk menjadi Kepala Sekolah di SMP Muhammadiyah 9 Jakarta sejak 2 tahun yang lalu. Dan saya sudah menjadi guru di grup Muhammadiyah sekitar 13 tahun. Namun saya baru bertugas di SMP Muhammadiyah 9 Jakarta mulai tahun 2015 dan menjadi Kepala Sekolah di tahun 2018.

Sekolah ini dikenal memiliki fokus dalam memberikan pengalaman belajar yang otentik dan sifatnya real-world kepada siswa. Mengapa menurut Anda hal ini penting bagi siswa? Dan mengapa juga penting bagi guru?

Pada prinsipnya belajar itu bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Belajar itu tidak harus selalu duduk diam di kelas mendengarkan guru menyampaikan materi. Cara belajar konvensional seperti ini tentu akan sangat membosankan untuk murid-murid. Maka dari itu SMP Muhammadiyah 9 Jakarta memiliki program OLA (Outdoor Learning Activity). Dengan program OLA ini pembelajaran akan lebih menarik dan lebih tepat sasaran. Karena murid maupun guru akan secara langsung mengalami dan merasakan sendiri pembelajaran yang benar-benar nyata, bukan hanya sekedar teori.

Apakah pembelajaran real-world berlaku bagi semua siswa?

Pembelajaran real world ini berlaku untuk semua murid dan disesuaikan dengan proyek belajar setiap mata pelajaran masing-masing murid. Semua murid bisa mengikuti pembelajaran real world dan bisa mengeksplorasi kompetensi diri mereka masing-masing.

Dapatkah Anda memberikan contoh tentang kegiatan apa saja yang dilakukan dalam proyek ini?

Pembelajaran real world bisa disesuaikan dengan tiap-tiap bidang studi dan juga saling terkait satu sama lain. Salah satu contoh murid diharuskan mengunjungi gedung SMESCO UKM (Usaha Kecil Menengah). Di situ murid bisa langsung melihat berbagai produk hasil kerajinan tangan dari nusantara yang dipasarkan, kemudian murid dapat mengamati dan bertanya langsung kepada para penjual tentang bahan-bahan hingga proses pembuatan, modal awal hingga cara pemasarannya, untuk kemudian dibuat menjadi sebuah laporan observasi. Dengan begitu siswa akan belajar menjadi seorang enterpreneur.

Contoh lain adalah di saat murid berkunjung ke gedung instansi pemerintah, salah satunya gedung KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Di situ murid mendapatkan edukasi dari anggota dari KPK tentang undang-undang anti-korupsi, bentuk-bentuk pelanggaran serta sanksi hukumnya. Siswa juga bisa langsung bertanya jawab tentang kasus-kasus korupsi yang pernah mereka lihat beritanya di media sosial. Dengan begitu siswa akan menjadi lebih peka dan sadar akan hukum yang tidak boleh dilanggar di Indonesia.

Bagaimana cara Anda menentukan organisasi/bisnis/komunitas mana yang perlu dikunjungi setiap kalinya?

Kegiatan real-world learning ini dijadwalkan oleh setiap bidang studi sesuai dengan tema yang diperlukan, tidak terikat oleh waktu dan kapan harus dilaksanakan, karena berjalannya kegiatan ini juga ditentukan oleh apakah sekolah bisa mendapatkan izin dari pihak eksternal terkait. Real-world learing bisa dilakukan satu bulan sekali atau dua bukan sekali, tergantung perizinan yang didapatkan.

Bagaimana cara membangun koneksi dengan pihak-pihak eksternal tersebut?

Ketika memutuskan organisasi atau lembaga mana yang akan dikunjungi, biasanya kami akan berbicara terlebih dulu dengan guru tentang tujuan yang ingin mereka capai lewat kunjungan yang dilakukan, kemudian kita dapat menentukan ke mana murid perlu berkunjung. Kemudian kami menghubungi penanggung jawab ke mana kami ingin pergi (melalui surat atau email). Terkadang kami mendapat rekomendasi langsung dari orang tua yang sudah memiliki akses tersebut. Karena kebanyakan orang tua murid di sekolah sudah mengetahui tentang program OLA, banyak dari mereka yang sangat mendukung dan sering memberikan akses bagi kami untuk mengunjungi tempat-tempat menarik.

Apakah pembelajaran real-world ini adalah sesuatu yang memang sudah ada sebelumnya ataukah hal baru yang Anda bawa dan kenalkan saat bergabung dengan SMP Muhammadiyah 9?

Kegiatan ini belum ada sebelumnya dan baru saya terapkan di SMP Muhammadiyah 9 Jakarta setelah saya menjadi Kepala Sekolah. Kegiatan ini saya ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) dari beberapa sekolah yang sempat saya kunjungi untuk studi banding saya, di mana saya untuk terus mencari inspirasi dan inovasi bagi pembelajaran.

Saran atau tips apa yang ingin Anda berikan kepada sekolah lain yang tertarik menerapkan pembelajaran semacam ini?

Tidak ada salahnya mengadopsi kegiatan dari sekolah lain, selama kegiatan itu positif, sesuai dengan kebutuhan murid, dan membawa manfaat baik untuk guru, murid, maupun sekolah.

Apa saja hal-hal yang menjadi tidak dapat dilakukan oleh staf akibat COVID-19?

Banyak hal yang tidak bisa kami lakukan selama COVID-19. Semua kegiatan belajar-mengajar dilakukan dari rumah. Semua aktivitas dan kegiatan yang mestinya kita bisa lakukan di sekolah berhenti semua, termasuk OLA, berkemah, fieldtrip, ekstra kurikuler, seluruhnya berhenti total.

Apakah staf sudah mulai terbiasa dengan berubahnya cara mengajar?

Sebelum terjadinya pandemi COVID-19, meskipun memang melakukan pertemuan secara tatap muka langsung, banyak pembelajaran di SMP Muhammadiyah 9 Jakarta yang memang sudah berbasis digital/daring. One student one device. Murid bisa membawa laptop/iPad masing-masing untuk belajar, dibantu dengan platform Microsoft office 365. Lewat platform tersebut, guru bisa langsung membagi materi dengan murid secara real-time, murid juga bisa langsung mengakses materi dari guru dan menjalani ujian secara daring.

Apakah masa pandemi ini memberikan dampak pada efisiensi program real-world learning?

Pandemi ini sangat berdampak untuk kegiatan sekolah kami. Karena orang tua ikut khawatir tentang penyebaran COVID-19, maka seluruh aktivitas pembelajaran dilakukan dari rumah dan tidak bisa lagi melakukan interaksi secara langsung. Namun sebagai ganti dari kegiatan ini, sekolah kami mencoba untuk mendatangkan guru tamu ataupun pihak eksternal yang kami hubungi khusus untuk memberikan motivasi atau memberikan informasi perkenalan seputar profesinya masing-masing.

SMP Muhammadiyah 9 Jakarta menggunakan program OLA (Outdoor Learning Activity) untuk lebih melibatkan siswa dan menawarkan mereka pengalaman belajar dunia nyata yang berharga. Pikirkan tentang pelajaran atau unit pekerjaan yang akan Anda ajarkan nanti di tahun ini. Bagaimana Anda dapat bekerja dengan komunitas lokal Anda, dan orang tua, untuk menawarkan siswa pengalaman belajar yang otentik?