Menjadikan masa transisi sebagai pengalaman positif – 10 strategi utama

Rasa aman saat berada di sekolah atau perasaan terhubung dengan sekolah dan guru, serta dukungan dari teman sepermainan, merupakan beberapa hal yang mendukung terwujudnya kesejahteraan baik mental dan emosional siswa saat bertransisi dari sekolah dasar ke sekolah menengah pertama (Lester dan Cross, 2015).

Meski transisi menuju sekolah menengah pertama merupakan pengalaman yang positif bagi sebagian banyak siswa, sekitar 30 persennya masih mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri (Waters, Lester, & Cross, 2014). Perubahan lingkungan sekolah dapat menimbulkan kekhawatiran dan dorongan untuk bertindak negatif bagi sebagian remaja, yang kemudian berakibat buruk terhadap kesejahteraan mereka secara keseluruhan.

Penting untuk memastikan masa transisi berjalan dengan lancar, sebab kesehatan mental kerap bermula sedini usia di mana masa pubertas terjadi, yang mana bertepatan dengan masa di mana siswa beralih dari sekolah dasar ke sekolah menengah pertama (Hankin & Abramson, 2001): setengah dari seluruh kasus penyakit mental jangka-panjang dimulai di usia 14 tahun (Kessler, Chiu, Demler & Walters, 2005).

Sekolah-sekolah di Australia memiliki beragam program, kebijakan, dan aktivitas yang bertujuan untuk memastikan kenyaman siswa di masa transisi dan menjadikan proses ini pengalaman yang positif. Dari analisis tematik atas wawancara yang kami lakukan dengan kepala sekolah dari 20 sekolah di wilayah Australia Barat, kami menemukan 10 strategi utama yang dapat secara efektif membantu siswa, terutama mereka yang berisiko lebih tinggi mengalami kesulitan dalam menjalani masa transisi.

10 strategi utama untuk membantu transisi siswa menuju sekolah menengah pertama

Informasi rinci tentang latar belakang siswa

Semua kepala sekolah yang kami wawancara melaporkan bahwa mereka menerima informasi latar belakang siswa secara mendalam melalui informasi tertulis yang diberikan oleh orang tua, wawancara dengan siswa beserta orang tuanya, dan tes penempatan.

Strategi untuk transisi/integrasi siswa

Hampir semua kepala sekolah mengakui bahwa ada strategi khusus yang mereka terapkan untuk membantu siswa dan orang tua melalui proses transisi. Strategi yang dimaksud mencakup: program dukungan dari kakak kelas atau teman untuk membantu siswa membangun hubungan yang positif selama menempuh pendidikan di sekolah menengah pertama; aktivitas berbasis kelas yang dilaksanakan selama beberapa minggu awal selama semester pertama; pelayanan bimbingan konseling dan kelas pelatihan keterampilan dasar rutin; perkemahan; pengadaan ruang atau fasilitas khusus di sekolah untuk digunakan siswa selama waktu istirahat; penempatan siswa dalam kelas atau grup yang setingkat (ditemani satu atau dua guru) untuk mata pelajaran inti; penentuan area belajar siswa yang letaknya berdekatan dengan kantor pelayanan bimbingan dan konseling; penggunaan sistem loker secara bertahap (dari kotak rak pindah menggunakan loker); perpindahan yang sifatnya minimal antar pelajaran; dan UKS.

Kerja sama yang erat dengan sekolah dasar

Mayoritas sekolah menengah pertama biasanya mengadakan banyak kontak dengan sekolah dasar asal calon siswa, setidaknya satu semester sebelum masa sekolah dasar siswa berakhir, termasuk diantaranya menghadiri pertemuan serah terima dengan guru dan menerima informasi layanan akademik dan layanan bimbingan dan konseling yang rinci serta laporan akademik dan portofolio siswa. Baik sekolah dasar maupun sekolah menengah pertama menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk membantu memberikan orientasi kepada siswa sekolah dasar mengenai sekolah menengah pertamanya. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain, siswa sekolah dasar datang menghadiri pementasan di sekolah menengah pertama, kepala sekolah menengah pertama beserta guru dan staf kesehatan berkunjung dan memberikan presentasi kepada para calon siswa dari sekolah dasar asal.

Informasi tentang sekolah

Mayoritas sekolah menengah pertama menyediakan informasi yang ditujukan bagi orang tua dan calon siswa melalui pertemuan yang membahas informasi seputar keluarga, kegiatan open house sekolah, diseminasi informasi yang dibutuhkan sebelum kegiatan di sekolah menengah pertama dimulai, buletin yang dikirimkan saat semester terakhir di sekolah dasar, dan tur sekolah.

Masa orientasi

Hampir semua kepala sekolah menawarkan masa orientasi bagi seluruh siswa baru dengan aktivitas interaktif yang dirancang secara spesifik untuk membangun hubungan antar siswa. Aktivitas-aktivitas ini termasuk memasangkan siswa baru dengan siswa senior selama satu hari, mengajak siswa mengikuti tur sekolah bersama kakak kelas, mengajak siswa baru berpartisipasi dalam kegiatan yang mengasah kerjasama tim, juga menyediakan sumber informasi yang dapat dibaca siswa selama musim liburan.

Hari ke-1, sekolah menengah pertama

Tercatat setidaknya tiga perempat kepala sekolah yang diwawancarai menyatakan bahwa sekolah mereka memiliki aktivitas yang khusus dirancang untuk hari pertama sekolah atau beberapa hari di awal masuk sekolah menengah pertama. Aktivitas tersebut meliputi pengenalan lingkungan sekolah, program-program yang disederhanakan, pendampingan oleh wali kelas selama hampir sepanjang hari, atau satu hari di mana hanya ada siswa baru dan perwakilan dari kakak kelas hadir di lingkungan sekolah.

Aktivitas dan program pendukung

Ragam dukungan yang ditawarkan langsung kepada siswa oleh hampir setengah jajaran sekolah menengah pertama diantaranya melalui: pengadaan tempat untuk mengerjakan pekerjaan rumah bersama setelah jam sekolah usai; ditunjuknya koordinator per kelas yang secara khusus menangani siswa dan dapat diakses kapan saja; pertemuan mingguan untuk membahas kemajuan akademis dan kesejahteraan siswa; informasi berkala kepada staf sekolah terkait kebutuhan penunjang siswa; pertemuan dengan tim kesehatan terpadu seperti psikolog sekolah untuk memahami peran baru mereka sebagai siswa sekolah menengah pertama; dan komunikasi rutin dengan orang tua siswa yang belum berhasil beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang baru.

Strategi bagi keluarga

Dalam masa transisisi, penting untuk memastikan orang tua dan keluarga siswa terlibat dalam seluruh kegiatan yang diadakan di sekolah menengah pertama, misalnya seminar orang tua, hari bersama kakek dan nenek, kegiatan bersama di malam hari, serta pertemuan sosial dengan atau tanpa kehadiran sang anak. Informasi yang berkenaan dengan pekerjaan rumah disampaikan kepada orang tua, sementara koordinator kelas dipastikan untuk selalu siap menjawab telepon dari orang tua siswa. Tidak ketinggalan, pertemuan antara guru dan orang tua perlu dijadwalkan di semester 1.

Ruang kelas

Di sekitar 20 persen sekolah, ruang kelas digunakan untuk mendukung siswa dengan cara mengelompokkan mereka dengan siswa lain yang mereka kenal dan menempatkan saudara kandung di dalam kelas yang sama. Beberapa sekolah menggunakan informasi siswa yang ada untuk menentukan kelas mereka, sementara beberapa sekolah sengaja memisahkan siswa yang berasal dari sekolah dasar yang sama.

Minggu ke-1 dan 2

Di dua minggu pertama saat semester dimulai, empat dari 20 sekolah yang diwawancarai menyatakan bahwa mereka memiliki kegiatan khusus yang berlangsung antara tiga hingga lima hari, misalnya pengisian buklet dan sesi keterampilan belajar.

Rata-rata, sekolah menerapkan setidaknya 7 dari 10 strategi transisi yang disebutkan di atas.

Ada banyak peluang bagi sekolah dan komunitas sekolah untuk melakukan intervensi dalam mendukung siswa dan keluarganya dalam masa-masa yang penuh tantangan ini, serta untuk memastikan siswa siap menghadapi kehidupan sekolah menengah pertama.

Referensi

Hankin, B. L., & Abramson, L. Y. (2001). Development of gender differences in depression: An elaborated cognitive vulnerability–transactional stress theory. Psychological bulletin, 127(6), 773.

Kessler, R. C., Chiu, W. T., Demler, O., & Walters, E. E. (2005). Prevalence, severity, and comorbidity of 12-month DSM-IV disorders in the National Comorbidity Survey Replication. Archives of general psychiatry, 62(6), 617-627.

Lester, L., & Cross, D. (2015). The relationship between school climate and mental and emotional wellbeing over the transition from primary to secondary school. Psychology of well-being, 5(1), 9.

Waters, S. K., Lester, L., & Cross, D. (2014). Transition to secondary school: Expectation versus experience. Australian Journal of Education, 58(2), 153-166.

Sistem pendukung seperti apa yang sekolah Anda miliki dalam menghadapi proses transisi? Apakah dukungan bagi orang tua juga tergabung di dalamnya?

Salah satu dari strategi utama yang diuraikan di atas adalah kerjasama yang erat antara sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Di sekolah Anda, kapan periode serah terima ini terjadi? Apakah waktu yang dialokasikan sudah cukup?

Bayangkan diri Anda sebagai salah satu staf akademis, struktural, ataupun konseling di sekolah. Pada pertemuan serah terima (lihat pertanyaan di atas), apakah ada informasi lebih yang ingin Anda bagikan atau terima, yang berkaitan dengan layanan akademik dan bimbingan dan konseling siswa?