Transisi sekolah dari sudut pandang anak

Dalam artikel kedua kali ini yang masih membahas bagaimana cara pendidik menggunakan data usia dini sebagai dasar praktik mengajarnya, Teacher mengulas bagaimana sebuah sekolah dasar di Adelaide mendukung siswa dan orang tua selama masa transisi dan orientasi ke sekolah dasar.

Australian Early Development Census (AEDC) atau Sensus Perkembangan Usia Dini Australia mengukur lima 'domain' perkembangan anak usia dini – kesehatan dan kesejahteraan jasmani, kompetensi sosial, kematangan emosi, keterampilan bahasa dan kognitif, serta keterampilan komunikasi dan pengetahuan umum.

Anak-anak dinilai kemudian dikelompokkan dalam kategori ‘berkembang dengan baik’, 'berisiko' atau 'rentan'. Berdasarkan data pada tahun 2015, setidaknya satu dari lima anak (22 persen) yang mulai masuk sekolah dasar termasuk 'rentan secara perkembangan' dalam satu atau lebih dari lima domain perkembangan. Sekolah pun dapat menelusuri hasil sensus masing-masing – untuk Sekolah Dasar Black Forest di Adelaide, Australia Selatan, kompetensi sosial dan kematangan emosi adalah dua area yang perlu mendapatkan perhatian.

“Dalam hal kompetensi sosial, kami sebenarnya mempereloh hasil yang fluktuatif,” ungkap Wakil Kepala Sekolah Leanne Prior. “Persentase anak-anak yang rentan dalam domain itu pada tahun 2009 adalah sekitar 18 persen, meningkat menjadi 23 persen pada tahun 2012, dan sekarang [pada tahun 2015] kami kembali berada di angka 19 persen. Akan tetapi, kami 8,9 persen masih lebih tinggi daripada data Australia secara umum [untuk 2015], sehingga tentu saja ini jadi perhatian kami.”

“Yang juga perlu mendapat perhatian adalah kematangan emosi. Kami memang mengalami sedikit penurunan persentase anak-anak yang masuk kategori rentan dalam domain ini selama tiga pengumpulan data terakhir – pada tahun 2009 kami memiliki 27 persen, kemudian 24 persen pada tahun 2012, dan mencapai 21 persen pada tahun 2015. Meskipun begitu, kami harus betul-betul giat dalam memperbaiki hal ini, karena angka presentase tersebut masih 12,6 persen lebih tinggi daripada data nasional dan domain ini terus menjadi domain dengan presentase anak yang rentan terbanyak. Oleh karena itu, kami terus upayakan untuk membenahi kondisi ini.”

Masuk dalam kategori rentan secara perkembangan dalam hal kematangan emosional dapat berarti anak-anak memiliki masalah dalam mengelola perilaku agresif, mudah terpecah perhatiannya, biasanya juga ada kecenderungan untuk tidak membantu orang lain dan menjadi kesal saat ditinggal orang tua atau pengasuhnya. Sementara dalam domain kompetensi sosial, anak-anak yang rentan secara perkembangan mungkin seringkali memiliki rasa percaya diri dan kontrol diri yang rendah, mengalami kesulitan bergaul dengan anak-anak lain ataupun kesulitan untuk mengikuti aturan dan rutinitas kelas, serta tidak mau bertanggung jawab atas tindakan mereka.

Alih-alih pendekatan 'satu untuk semua', staf di sekolah mencoba berbagai strategi untuk membantu anak-anak mengembangkan keterampilan di kedua domain tersebut. Beberapa diantaranya adalah memberikan perhatian lebih besar pada metode pengajaran eksplisit dan pemodelan perilaku pro-sosial dan suka membantu, membantu anak agar mengelola kecemasan dan ketakutan mereka daripada mengabaikannya, dan berusaha lebih gamblang dalam mengajarkan pemecahan masalah. Untuk pemecahan masalah, bentuk dukungan yang diberikan bisa saat bermain di halaman, pada saat jam istirahat dan makan siang, dan bukan dengan menghukum atau membiarkan. Area bermain di luar ruangan juga telah dirancang ulang dengan konsep alam agar anak-anak mendapatkan kesempatan untuk menjadi lebih kreatif dan imajinatif dalam permainan mereka, belajar bagaimana mengelola risiko, dan memiliki rasa tanggung jawab.

Sebagai bagian dari program orientasi, informasi-informasi yang penting dan relevan diberikan melalui buletin dan lokakarya untuk memastikan orang tua memahami bahwa masing-masing domain sama pentingnya. Kolaborasi merupakan bagian penting lainnya: staf Sekolah Dasar dan PAUD hendaknya bekerja sama secara erat dalam komunitas pembelajaran profesional dan sekolah tak lupa membagikan data sensusnya dengan taman kanak-kanak yang siswanya akan memasuki SD tersebut. Prior mengatakan bahwa hal ini sangatlah penting. “Tidak ada yang salah dengan mengumpulkan data, asal data tersebut kemudian dianalisis dan dicari tahu maknanya dengan praktik yang ada. Jika tidak, maka tidak ada gunanya. [Hasil analisis] memberi kami pandangan longitudinal tentang anak-anak yang kami ajar dan bagaimana seharusnya kami mengatasinya. Dampak apa yang kita hasilkan dari cara kita membangun hubungan? Peluang apa yang kita sediakan untuk anak-anak?”

Beliau juga menambahkan bahwa pada akhirnya, pendekatan semacam ini telah membantu Sekolah Dasar Black Forest tidak hanya fokus dalam mempersiapkan anak-anak sebelum masuk sekolah, tetapi lebih soal bagaimana sekolah pun siap menerima anak sebagai siswa. “Data sensus ini pun berdampak baik pada cara pandang kami dalam melihat proses transisi ke sekolah dasar dan memahami apa arti transisi sesungguhnya bagi anak tersebut, dan melihatnya dari sudut pandang anak."

Apa yang terjadi di sekolah Anda masing-masing? Area atau lingkup apa yang perlu dibenahi?

Sebagai pemimpin sekolah, apakah Anda mendorong staf dari berbagai tingkatan kelas dan bidang studi untuk berbagi data siswa?

Bagaimana Anda menggunakan data siswa untuk merefleksikan praktik mengajar Anda sendiri dan menjadikannya dasar untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya?