COVID-19: Bagaimana para pengajar dapat membantu transisi siswa kembali ke sekolah

Tergantung daerah di mana Anda tinggal, kembali dilakukannya kegiatan belajar-mengajar dalam waktu dekat menjadi tatap muka secara langsung dan penuh-waktu di sekolah merupakan kabar yang menyenangkan bagi siswa dan guru dan, tak diragukan lagi, juga menjadi sumber kelegaan bagi banyak orang tua dan pengasuh. Masa ini juga merupakan masa yang kritis dalam kaitannya dengan memaksimalkan peluang belajar, baik di saat dan setelah masa transisi tersebut.

Telah banyak hal yang berubah dari hidup kita sekarang, dan sangatlah baik jika kita bisa terus maju dengan saling bekerja sama, berbuat baik, dan mendukung satu sama lain.

Situasi belajar-mengajar tentu bervariasi di seantero negeri. Saat tulisan ini dibuat, berbagai tingkatan larangan yang berbeda tengah diterapkan demi kembalinya kegiatan belajar-mengajar di kelas; meskipun di beberapa kasus, masa transisi ini terjadi jauh lebih awal dari yang tadinya diperkirakan.

Berikut ini beberapa tips dan saran untuk mendukung komunitas-komunitas sekolah dalam pengelolaan masa transisi kembali ke sekolah bagi semua siswa, terutama bagi yang memiliki kebutuhan khusus.

Rutinitas, struktur, dan komunikasi

Kembalinya kegiatan belajar-mengajar rutin di sekolah lebih dini dari perkiraan, di beberapa negara yang memiliki angka penambahan kasus yang relatif rendah, tentu akan menjadi suatu kenyamanan tertentu bagi orang tua siswa, terutama bagi mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Banyak keluarga dari siswa yang memiliki autisme tidak menyangkal bahwa berubahnya “aturan-aturan” terkait COVID-19 yang terjadi hampir setiap hari telah menjadi semacam sarang ranjau bagi mereka. Hal ini juga bisa jadi benar menurut siswa-siswa lain, baik dengan maupun tanpa kebutuhan khusus tertentu, yang tadinya bisa berkembang dengan baik dengan adanya batasan-batasan yang jelas serta rutinitas sehari-hari yang dapat diprediksi. Newsletter atau email dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kepada keluarga siswa mengenai apa yang akan tetap sama dan apa yang akan berubah terkait dengan sistem, struktur, dan proses. Keseluruhan proses ini sangat bergantung pada cara Anda merangkul para orang tua siswa dan pengasuh untuk menyiapkan anak-anak mereka kembali ke ruang kelas.

Manfaatkanlah cerita pengalaman isolasi diri siswa untuk membangun rasa percaya diri mereka

Sudah sepantasnya kita merayakan dan memanfaatkan level tanggung jawab yang harus diemban oleh siswa sejak terjadinya pandemi dan keharusan untuk melakukan pembelajaran jarak jauh, yang sebelumnya belum pernah terjadi. Pendidik yang cerdas akan dapat menggunakan cerita dari para siswa mengenai pengalaman mereka belajar dari rumah sebagai perangkat pengajaran substantif serta sebagai sarana tukar pendapat yang berguna bagi proses belajar. Umpan balik tersebut dapat digunakan untuk membangkitkan rasa percaya diri siswa bahwa mereka mampu memberi arahan pada diri sendiri. Lebih jauh lagi, jika Anda mampu membangun level baru rasa percaya diri dan kemandirian tersebut, siswa akan merasa diperhatikan, lewat bagaimana Anda menciptakan lingkungan belajar yang aman dan suportif di mana mereka dapat tertantang untuk terus maju dan sukses.

Buatlah rencana untuk proses inklusi yang akan mengurangi kecemasan siswa

Komunikasi dan perencanaan yang jelas merupakan cara yang bisa digunakan untuk mengurangi kecemasan semua orang di masa transisi ini. Setiap pengajar, terutama para kepala sekolah, hendaknya menyisihkan waktu untuk berpikir serta merencanakan integrasi aturan-aturan terkait COVID-19 ke dalam struktur pembelajaran dan rutinitas yang sudah ada, demi tercapainya kegiatan sekolah yang se-“normal” mungkin bagi para siswa. Di level instruksional, Anda hendaknya memperkenalkan ataupun mencontohkan kepada siswa beberapa cara bermain dalam aktivitas baru (atau yang baru diadaptasi) manapun (dibandingkan melalui cara opt in atau opt out), yang mana akan membantu mengurangi kecemasan siswa. Perencanaan proses inklusi dengan cara merancang aktivitas belajar-mengajar yang dapat memenuhi kebutuhan semua siswa, sebelumnya tidak pernah sepenting ini.

Misalnya, para siswa dengan akses teknologi yang baik di rumah mereka (dengan demikian, akses kepada pembelajaran online) mungkin saja telah mengalami kemajuan yang lebih besar di masa belajar dari rumah dibandingkan siswa lain yang tidak memiliki akses atau hanya memiliki akses yang terbatas, dan/atau para siswa yang memiliki kebutuhan belajar ekstra, yang mungkin juga mengalami kemajuan terbatas. Kita dapat menyebutnya ‘COVID Diversity Gap’ atau ‘Kesenjangan COVID’, dan hal ini akan hanya memperburuk perbedaan yang telah ada di antara siswa yang paling butuh bimbingan dan yang paling tidak butuh bimbingan, ketika mereka harus kembali ke kelas. Dengan demikian, kebutuhan untuk membedakan pembelajaran di ruang kelas akan menjadi lebih besar sekarang dibanding masa yang sudah-sudah. Penting juga untuk mempertimbangkan bahwa dampak dari kesenjangan pembelajaran yang meningkat tersebut akan mungkin meluas melampaui persepsi para siswa atas perkembangan akademik mereka, dan akan berdampak negatif pada kesejahteraan mereka. Dengan menunjukkan empati kepada siswa kita (lebih jelasnya, menunjukkan bahwa “kita melalui masalah ini bersama-sama”) dan mengakui keberadaan kesulitan-kesulitan tertentu yang harus mereka alami pada masa isolasi diri, kita akan dapat mendukung mereka dengan baik.

Contoh lain yang akan dapat membantu semua siswa, terutama mereka yang memiliki kebutuhan khusus, termasuk di dalamnya:

  • bagikanlah jadwal visual yang telah dipersiapkan dan diadaptasi sebelum kembalinya siswa ke sekolah;
  • komunikasikanlah informasi dengan jelas kepada keluarga siswa mengenai prosedur dan protokol COVID-19;
  • gunakanlah pengetahuan profesional Anda untuk mempersiapkan dan mendukung para siswa yang mungkin saja merasa lebih cemas dibanding yang lain; dan,
  • temani para siswa Anda, ketika yang mereka butuhkan mungkin saja hanyalah untuk mencurahkan isi hati kepada seseorang.

Bagikan dan jelajahi pengalaman-pengalaman belajar dari rumah

Menyediakan waktu untuk menjelajahi dan mempelajari pengalaman-pengalaman siswa, terutama berkaitan dengan proses belajar dari rumah, akan menjadi bagian yang penting dari proses transisi awal ini—baik untuk alasan pembinaan atau proses belajar-mengajar. Para siswa akan membutuhkan waktu dan ruang untuk menyesuaikan diri kembali kepada pembelajaran yang basisnya di sekolah. Bagi beberapa dari mereka, transisi ini akan dipenuhi kecemasan yang sama besarnya sepeti hari pertama sekolah atau hari pertama tahun ajaran baru. Kita harus menjadikan proses mempersiapkan diri kita sendiri dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan potensial siswa sebagai salah satu prioritas utama kita.

Kita dapat menyediakan beberapa peluang berbeda bagi para siswa untuk menjelajahi pengalaman rumah-dan-sekolah mereka sendiri untuk mendukung mereka di masa transisi ini. Kita dapat menggunakan sarana diskusi di kelas di pagi hari atau di waktu-waktu yarning circle ( kegiatan bicara dan mendengarkan dengan hati); sementara kegiatan menulis, puisi, musik, kesenian, tari, dan drama, dsb, akan dapat menjadi peluang terapi yang otentik.

Kita semua belajar dengan berpikir dan melakukan refleksi tentang segala yang telah kita lakukan dan alami dalam hidup kita. Sebuah visual sederhana bagi anak-anak yang usianya lebih muda, misalnya, dapat berupa:

Kalimat-kalimat di atas menyatakan berbagai situasi yang telah berubah sejak pandemi. Sebagai guru, kita dapat menuliskan kalimat-kalimat kita sendiri, sambil memastikan kalimat-kalimat tersebut dituliskan dengan bentuk positif (kami bisa) serta negatif (kami tidak bisa). Para siswa dapat membuat gambar-gambar yang menunjukkan seperti apa pengalaman isolasi diri keluarga mereka, untuk menanggapi kalimat-kalimat yang telah ditulis oleh guru seperti di atas. Para siswa yang lebih muda dapat menggunakan tangan atau senyum mereka untuk menunjukkan bagaimana perasaan mereka terhadap pertanyaan-pertanyaan ini. Siswa yang lebih tua akan dapat memanfaatkan kalimat-kalimat tersebut sebagai pemantik untuk menuliskan perasaan dan pengalaman mereka sendiri selama masa isolasi diri. Diskusi dengan para siswa dapat Anda perdalam dan perluas dengan cara menambahkan kata “karena” pada setiap akhir kalimat, atau hanya dengan bertanya “Mengapa?”. Hal ini mungkin dapat memantik siswa Anda untuk berpikir, menalar, mempelajari dan menulis ide serta alasan-alasan lain yang lebih kompleks.

Kita dengan demikian dapat memeriksa beberapa sampel kerja tersebut dan/atau mewawancara siswa terkait pengalaman mereka yang serupa melalui perspektif belajar-mengajar, demi memperoleh wawasan mengenai apa yang para siswa telah perlajari mengenai cara belajar terbaik bagi mereka (monitor diri, refleksi, proses-proses metakognitif).

Penting sekali untuk bercakap dengan anak-anak mengenai pemahaman mereka dan apa yang mereka tahu mengenai COVID. Obrolan ini tidak bersifat “one-off” atau hanya sesekali saja, karena anak-anak belajar melalui percakapan yang diulang-ulang seiring berjalannya waktu. COVID Conversations: Helping children understand (Percakapan COVID: Membantu anak-anak memahami), yang ditulis oleh salah satu penulis artikel ini, adalah sebuah serial berupa episode-episode pendek yang dimaksudkan untuk membantu para guru, orang tua, kakek-nenek, dan anak-anak untuk dapat membicarakan apa yang terjadi dan belajar lebih banyak. Percakapan tersebut termasuk beberapa pertanyaan khusus yang mungkin diajukan oleh siswa dan anak-anak kita, serta cara-cara yang mungkin dapat kita gunakan untuk membahas dan mempelajari perubahan-perubahan tersebut. Ada juga saran-saran untuk kegiatan yang dapat Anda para guru gunakan sebagai pemancing diskusi dan untuk tugas menulis.

Sebuah relasi sekolah-dan-keluarga yang baru

Selama periode belajar dari rumah, semua guru, terutama guru yang menangani siswa-siswa dengan kebutuhan khusus, telah dengan berhati-hati tidak memberi terlalu banyak beban kepada para orang tua, atau membuat mereka terlalu letih dan frustasi dengan memberi terlalu banyak tuntutan yang sebenarnya memang ditujukan untuk mendukung pembelajaran anak-anak mereka. COVID-19 telah menciptakan banyak sekali kerumitan, rasa tidak aman, dan kecemasan. Kita semua telah berusaha menjalani dan mencoba meraih keseimbangan antara dampak-dampak situasi ini dengan kehidupan “working-from-home” atau kerja-dari-rumah kita sendiri. Namun ternyata, positifnya, situasi ini juga telah menciptakan lebih banyak peluang bagi para orang tua dan pengasuh untuk memahami dan berempati terhadap pekerjaan para guru, serta sebaliknya. Mungkin saja tidak akan ada lagi waktu yang lebih baik bagi sekolah untuk memanfaatkan kedalaman baru dalam hal relasi sekolah-dan-keluarga tersebut untuk mendukung pembelajaran siswa.

Saat ini merupakan peluang sejati bagi kita untuk mengonsolidasi, dan bahkan memperluas, strategi komunikasi dan struktur kita dengan para orang tua dan pengasuh. Misalnya, pemahaman orang tua dan pengasuh yang lebih baik atas konten akan dapat memfasilitasi terbentuknya sasaran belajar siswa yang lebih penuh arti serta membantu terbentuknya support system yang lebih baik di rumah. Mengenai para siswa dengan kebutuhan khusus yang signifikan, tim learning support dan proses-proses akan menjadi sarana jelas untuk kita dalam memanfaatkan pemahaman bersama yang lebih baik antara orang tua dan pengasuh ini. Selanjutnya kita akan dapat lebih jauh menyaring, memodifikasi, dan mengadaptasi program-program pembelajaran perorangan bagi siswa berkebutuhan khusus.

Seorang anak dengan kebutuhan-kebutuhan fisik khusus ataupun alergi tertentu, misalnya, mungkin saja harus bergerak dengan lebih mandiri dalam rutinitas sehari-hari mereka selama masa belajar dari rumah. Melalui sebuah review meeting yang tepat waktu, kemandirian baru siswa ini akan dapat diinkorporasi ke dalam rutinitas sekolah yang telah disesuaikan dan memperkaya sasaran IEP (Individual Education Plan/Rencana Pembelajaran Perorangan). Serupa dengan itu, seorang anak dengan program yang sangat berbeda dan teradaptasi, yang membutuhkan perangkat belajar dan teknologi khusus bahkan sebelum COVID-19, mungkin saja telah dapat menemukan cara-cara baru dalam menggunakan perangkat atau teknologi tersebut melampaui konteks sekolah—adalah peluang yang sangat besar untuk memanfaatkan keterampilan-keterampilan baru ini bagi rencana pembelajaran yang telah disesuaikan untuk ke depannya.

UPDATE 19 May 2020:

Para penulis kini telah membuka kesempatan bagi pembaca untuk mengakses presentasi terbaru termasuk suggested links yang berkaitan dengan standar AITSL yang sesuai dengan konteks sekolah Anda. Unduh file-nya melalui link ini (PDF, 4MB)

Peluang-peluang seperti apa yang akan Anda sediakan bagi siswa untuk melakukan refleksi dan mendiskusikan pengalaman belajar mereka dari rumah? Bagaimana cara Anda memastikan bahwa tiap-tiap pengalaman berharga dapat diakses oleh seluruh siswa?

Pikirkanlah mengenai kelebihan yang masing-masing siswa Anda tampilkan selama periode belajar dari rumah. Bagaimanakah Anda akan meneruskan, memanfaatkan, dan dengan demikian membangun hal baru dari kelebihan ini di ruang kelas nanti?