‘Mengubah generasi’ melalui pendidikan usia dini

Seperti tertulis dalam artikel Teacher sebelumnya, pendidik anak usia dini dari Indonesia Hikmah Mulia Dewi telah mengalahkan lebih dari 10 000 calon penerima hadiah lainnya sehingga masuk peringkat 50 teratas penerima Global Teacher Prize. Dalam sesi tanya jawab lanjutan ini, kami bertanya kepada Hikmah tentang tantangan-tantangan dalam mendirikan dua sekolah, filsafat mengajarnya dan semangatnya dalam berbagi keahlian. Beliau juga berbagi contoh kegiatan pembelajaran berorientasi praktik bagi siswa dalam mengeksplorasi industri batik, serta merinci program-program yang telah dikembangkannya yang melibatkan orang tua dan anggota masyarakat dalam pendidikan anak usia dini.

Bagaimana perasaan Ibu mencapai peringkat 50 teratas penerima Global Teacher Prize?
Rasanya luar biasa. Saya tidak bisa mengungkapkannya dalam kata-kata betapa saya sangat mengimpikannya. Saat saya pertama kali menerima kabar ini, saya langsung melompat-lompat seperti orang gila!

Saya pernah baca, ibu Anda adalah seorang guru SD. Apakah dari situlah asalnya semangat Anda untuk menjadi seorang pendidik?
Sebenarnya, waktu saya masih kecil, saya tidak begitu menyukai pekerjaan ibu saya, karena pekerjaannya berat [untuknya] dan gajinya kecil. Saya harus belajar secara mandiri, karena ibu saya fokus pada tugas-tugasnya (meskipun saya menikmati saat saya diundang ke kelas oleh ibu saya). Kemudian saya harus menerima kenyataan, bahwa saya tidak bisa langsung kuliah, karena [saya tidak sanggup bayar uang kuliah]. Saya memutuskan untuk mengajar sambil menabung untuk uang kuliah. Saat saya bertemu dengan anak-anak didik, saya menyadari dan memahami, mengapa ibu saya mencintai pekerjaannya, karena saya juga sangat mencintai pekerjaan itu sekarang. Bertemu anak-anak dan mengajar mereka membuat saya sangat bahagia dan memberikan saya banyak pengalaman yang luar biasa.

Anda mendirikan Rainbow Preschool pada tahun 2011. Apa visi Anda – apa yang Anda ingin capai?
Saya ingin menyediakan pendidikan usia dini yang bermutu bagi sebanyak mungkin anak, karena pendidikan usia dini adalah fondasi yang akan menyokong pendidikan di tingkat selanjutnya. Saya ingin mengubah generasi dan dunia menjadi lebih baik melalui pendidikan, dan mengajak semua orang untuk menjadi agen perubahan sejak sedini mungkin.

Saya tidak bisa membayangkan membangun sekolah dari nol. Apa saja tantangannya?

Ada banyak tantangan saat memulai sesuatu, termasuk dari keluarga, karena saya dianggap terlalu muda untuk membangun sebuah sekolah.Tapi tantangan terbesar yang saya hadapi adalah pandangan masyarakat mengenai pendidikan anak usia dini, di mana beberapa berargumen bahwa ini tidak sepenting jenjang pendidikan lain.

Apakah Anda bisa menceritakan sedikit tentang sekolah Anda?
Saya mendirikan dua sekolah (keduanya ada di Pekalongan, Jawa Tengah). Rainbow Preschool di Pekalongan memiliki 100 siswa berusia antara dua sampai tujuh tahun (35 persen dari siswa menerima beasiswa penuh atau sebagian), 11 guru, dua pegawai kebersihan dan juru masak, seorang kepala sekolah, satu petugas administrasi. Rainbow Preschool 2 Pekalongan memiliki 50 siswa berusia antara dua sampai tujuh tahun (60 persen menerima beasiswa penuh atau sebagian), tujuh guru (termasuk seorang kepala sekolah dan satu petugas administrasi), dan dua pegawai kebersihan dan juru masak.

Apakah filsafat mengajar Anda?

Filsafat mengajar saya sama dengan filsafat sekolah saya: Rainbow (Pelangi) mengakui dan merayakan keunikan setiap anak; Pelangi percaya, bahwa anak-anak belajar paling baik dengan belajar dengan berorientasi pada praktik; dan Pelangi mengakui bahwa cara belajar setiap anak berbeda dan bahwa setiap anak itu pandai.

[Hikmah Mulia Dewi sangat bersemangat untuk menyediakan kegiatan dan pengalaman pembelajaran beroerientasi praktik lapangan bagi siswa-siswanya. Kredit foto: Yayasan Varkey]

Apakah Anda dapat memberikan contoh kegiatan pembelajaran berorientasi praktik lapangan yang diikuti siswa?

Pembelajaran dengan berorientasi praktik adalah pembelajaran berdasarkan pengalaman hidup anak dan juga masalah lingkungan di sekelilingnya. Misalnya, Pekalongan adalah kota batik dunia. Anak-anak terbiasa melihat industri batik yang sayangnya merusak lingkungan, termasuk sungai. Pada satu kegiatan, saya mulai bertanya pada anak-anak tentang ide mereka [terhadap masalah lingkungan ini] dan apa yang dapat kita lakukan. Saya mengundang anak-anak untuk memperhatikan hasil batik, melihat peralatan dan bahan-bahan pembuatan batik… dan bertanya. Kemudian mereka mengumpulkan informasi tentang praktik pembuatan batik yang ramah lingkungan. Mereka membuat karya batik yang ramah lingkungan dari bahan-bahan alami dan menggunakan hasil karya mereka untuk membuat suatu pameran. Akhirnya, mereka membuat perbandingan [antara kedua pendekatan tersebut], dan di sekolah, mereka ikut dalam pameran batik dan mengajarkan kepada yang lain tentang batik yang ramah lingkungan.

Bagaimana Anda melibatkan orang tua dan masyarakat luas dalam kehidupan sehari-hari di sekolah?

Saya telah membuat berbagai kegiatan program yang melibatkan orang tua dan masyarakat. Hal ini termasuk:

  • 'Orang tua guru’ – setiap hari Sabtu, orang tua bergiliran mengajar anak-anak di sekolah;
  • 'Sekolah Ayah’ dan ‘Sekolah Ibu’ – komunitas pendidikan keluarga baik melalui tatap muka maupun daring untuk membantu ibu dan ayah dalam memahami tugas dan peranan mereka dalam pendidikan anak dan di masyarakat;
  • Kunjungan lapangan bagi orang tua dan anggota masyarakat;
  • Kegiatan bercerita untuk orang tua dan anak-anak; dan,
  • Bekerja sama untuk membuat pojok baca di sekolah dan rumah siswa.

Selain mendukung siswa dan keluarganya, Anda juga berkomitmen untuk berbagi pengalaman Anda untuk membantu rekan guru-guru. Apakah Anda dapat bercerita tentang Akademi Pendidik Mulia (Noble Educator Academy)?

Saya membuat program ini untuk meningkatkan kualitas pengajar, khususnya guru PAUD. Program ini memiliki kurikulumnya sendiri dan berisi berbagai jenis pelatihan … mulai dari menjadi seorang guru sampai menjadi guru ahli. Program ini terdiri dari empat tingkat: ‘Fitrah’, yaitu pendidikan dasar menjadi seorang guru; kelas ‘Peduli’ adalah mengenai [pendekatan holistik] terhadap pendidikan dan pengasuhan anak; kelas ‘Cemerlang’ adalah mengenai pencapaian dan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga; dan yang terakhir adalah kelas global, yaitu mengenai berbagi pengetahuan dengan yang lain. Kelas-kelas tersebut diajarkan secara tatap langsung melalui pelatihan dan lokakarya, dan dalam jaringan melalui kuliah WhatsApp dan video tutorial di YouTube.

Akhirnya, Anda adalah inspirasi dan mentor untuk yang lain. Siapakah guru-guru yang menginspirasi dan mengajar Anda?

Semua adalah guru dan semua adalah siswa. Saya telah belajar banyak hal dari beberapa guru di sekitar saya dan di seluruh dunia. Setiap guru – dari tingkat apapun di bidang apapun – mempunyai sesuatu yang bisa saya ambil sebagai inspirasi untuk mengajar. Tapi, saya ingin mengungkapkan rasa terima kasih saya kepada kedua orang tua saya yang sudah membesarkan saya dan memberikan banyak pengalaman berharga, dan saya berterima kasih pada suami saya yang mendukung saya untuk bisa berhasil menghadapi tantangan-tantangan dan menjadi guru yang baik.

Dalam artikel ini, Hikmah Dewi Mulia memberikan contoh kegiatan pembelajaran langsung yang telah dikembangkannya untuk siswa-siswanya berdasarkan industri batik di Pekalongan.

Dengan seorang rekan atau sekelompok rekan, pikirkan mengenai konteks sekolah Anda:

Buatlah sebuah daftar industri atau usaha lokal di daerah Anda.

Bagaimana Anda dapat menggabungkan salah satu industri tersebut dalam pengajaran dan pembelajaran Anda?

Bagaimana Anda dapat membuat ini menjadi pengalaman pembelajaran langsung?

Apa kira-kira keuntungan dari pendekatan ini: Untuk siswa? Untuk guru?

Apa kira-kira tantangannya: Untuk siswa? Untuk guru?