Walaupun guru jarang bisa memilih ruang belajar yang mereka inginkan, sebenarnya terdapat peluang untuk memaksimalkan seluruh bagian yang membangun ruangan tersebut misalnya dinding, pintu, plafon, dan lantai untuk memajang hasil kreasi murid serta topik yang akan diajarkan sepanjang tahun.
Bagaimana cara mencapai titik keseimbangan dalam memajang konsep yang ingin kita sampaikan sebagai guru sekaligus tetap memberi ruang bagi murid untuk mepresentasikan karyanya? Bagaimana hal ini dapat menumbuhkan rasa betah murid di ruang kelas? Minggu lalu kita berdiskusi dengan Profesor Peter Barrett tentang bagaimana mengoptimalkan pajangan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran murid. Beliau berbagi wawasannya tentang bagaimana membantu murid merasa lebih kerasan di kelas.
Penelitian Profesor Peter Barrett tentang hubungan antara desain fisik sekolah dengan kemajuan akademis murid telah ia tekuni selama bertahun-tahun. Beliau juga telah menerbitkan studi berjudul Clever Classrooms study pada tahun 2015 dan The impact of classroom design on pupils' learning: Final results of a holistic, multi-level analysis; yang pernah menjadi fokus episode podcast Research Files majalah Teacher. Studi ini menemukan bahwa lingkungan fisik kelas dapat membawa pengaruh hingga setidaknya 16 persen peningkatan pembelajaran selama satu tahun ajaran. Studi tersebut mencakup dua area utama terkait topik pajangan dinding di kelas; dampak dari terlalu banyaknya pajangan, serta sejauh mana pajangan kelas tersebut membuat murid merasakan kepemilikan atas kelasnya sendiri.
”Salah satu cara mencapai ini adalah dengan memajang hasil karya murid di dinding” terang Barrett ke Teacher. “Kunjungan orang tua sering kali menjadi waktu yang tepat untuk menunjukkan karya murid ke masing-masing orangtuanya. Hal ini akan menciptakan rasa bangga dalam diri murid serta koneksi antara murid dengan orang tua.”
Menumbuhkan rasa betah
Sebagai bagian dari riset ini, sebuah dokumen berjudul "Top Ten Tips" juga merangkum penemuan riset dan menawarkan saran praktis untuk para pendidik. Saran kelima dari riset tersebut adalah bagaimana menumbuhkan rasa kepemilikan dalam diri murid.
“Memberikan ruang untuk benda atau karya yang memiliki aspek yang mampu merefleksikan murid secara individual dalam kelas sangatlah penting – misalnya karya seni yang ditempel di tembok, serta nampan alat belajar dengan nama ataupun foto masing-masing murid. Segala bentuk karya yang dibuat bersama-sama juga dapat membuat kelas menjadi unik, dan menghindari kelas menjadi sekadar ruangan yang tidak berjiwa,” tertulis dalam hasil riset. “Semua ini didukung oleh kualitas furnitur dan peralatan yang berkualitas serta ramah-anak. Sebagian besar guru telah melakukan ini dan secara empiris terbukti membawa pengaruh baik dalam belajar.”
Studi Clever Classrooms mengulang besarnya pengaruh nampan ataupun peralatan belajar lain yang dipersonalisasi sebagai faktor penting dalam membangun identitas individual murid dan rasa penghargaan terhadap diri sendiri. Menampilkan karya bersama di atas meja juga bisa membawa pengaruh yang baik.
“Kelas yang menunjukkan karya yang menampilkan kemampuan dan konstruksi intelektual murid kerap adalah kelas yang mementingkan partisipasi serta keterlibatan murid dalam proses pembelajaran,” tertulis dalam studi tersebut.
Menjaga tampilan pajangan tetap relevan serta seimbang
Pajangan dinding kelas sering kali dibuat oleh pengajar untuk mencerminkan topik dan prioritas pembelajaran. Barrett mengatakan bahwa penting untuk selalu menjaga keseimbangna dalam merepresentasikan karya murid dengan karya Anda sendiri.
“Tentu guru tetap perlu memasang materi yang berhubungan dengan topik pembelajaran agar dapat membantu murid dalam pengerjaan tugas-tugasnya, yang harus selalu diperbarui mengikuti alur silabus.”
Dalam laporan The impact of classroom design on pupils' learning: Final results of a holistic, multi-level analysis, dijelaskan beberapa contoh dengan bukti konkrit serta saran mengenai materi desain pajangan kelas.
“…penampilan tata letak ruangan dan tampilan pajangan dinding secara keseluruhan harus dapat menstimuluskan proses pembelajaran, namun tetap diimbangi dengan prinsip keteraturan, yang idealnya menghindari terjadinya disrupsi dalam lingkungan belajar. Demikian pula dengan intensitas dan kecerahan warna yang digunakan, yang kerap lebih baik dijadikan aksen dibandingkan menjadi warna dominan bagi ruang kelas.”
Barrett menjelaskan ke Teacher: “Temuan yang diberikan di sini berkaitan langsung dengan studi yang dilakukan di sekolah dasar, namun keseluruhan gagasan tentang manfaat stimulasi dan nuansa di lingkungan belajar (atau kerja) pada dasarnya bergantung kepada kondisi psikis manusia secara umum. Hal ini dapat dicapai lewat berbagai cara yang berbeda, tetapi pada prinsipnya tingkat stimulus yang moderat diharapkan dapat bermanfaat untuk sekolah menengah. Dan kami harap dapat menimbulkan rasa kepemilikan spasial sebagaimana di kelas-kelas di tingkat sekolah dasar.”
Referensi
Barrett, P., Zhang, Y., Davies, F., Barrett, L. (2015). Clever Classrooms: Summary report of the HEAD Project (Holistic Evidence and Design). University of Salford: Manchester.
Barrett, P., Davies, F., Zhang, Y., Barrett, L. (2015). The impact of classroom design on pupils' learning: Final results of a holistic, multi-level analysis. Building and Environment, Vol. 89. https://doi.org/10.1016/j.buildenv.2015.02.013
Bagaimana Anda akan menggunakan elemen dalam tampilan ruang kelas untuk membuat murid kerasan dan menumbuhkan penghargaan terhadap diri sendiri?
Riset ini menyarankan untuk mengikutsertakan “sesuatu yang murid ciptakan bersama sehingga ruang kelas menjadi unik, bukan hanya sekadar ‘ruang tak berjiwa’”. Pikirkan bagaimana Anda dapat menjalankan saran tersebut ke dalam praktik Anda sendiri.