Tanya-jawab: Asesmen murid – melihat data dari berbagai sisi

Saat menganalisis data asesmen murid, teknik apa yang Anda gunakan? Seberapa sering Anda menyortir data dengan cara berbeda untuk lebih memahami kebutuhan belajar murid? Dan, bagaimana Anda menggunakan pola dalam data asesmen untuk menginformasikan langkah Anda selanjutnya dalam mengajar?

Dr. Katie Richardson adalah seorang Peneliti Utama dan Fasilitator Daring (Research Fellow and Online Facilitator) di Australian Council for Educational Research (ACER). Beliau telah mengajar di Graduate Certificate in Education: Assessment of Student Learning sejak tahun 2015 dan saat ini menjadi bagian dari tim penelitian penggunaan data guru di masa pandemi COVID-19. Beliau kerap menjadi fasilitator dalam berbagai webinar yang diadakan oleh Educational Collaborative for International Schools (ECIE) dengan topik penggunaan data asesmen untuk menginformasikan praktik pengajaran jarak jauh. Dalam sesi tanya-jawab berikut, beliau menjelaskan lebih jauh mengenai beberapa tema yang dibahas.

Dalam webinar, Anda mendemonstrasikan bagaimana pengajar dapat melihat data dari berbagai sisi untuk mendapatkan gambaran pencapaian murid. Dapatkah Anda menjelaskan bagaimana guru dapat melakukan pendekatan ini, dan mengapa hal ini berguna? Wawasan apa yang dapat Anda berikan?

Terdapat banyak faktor berbeda yang dapat memengaruhi cara murid menanggapi suatu asesmen. Jika kita mampu menganalisis bagaimana apa saja faktor yang dapat memengaruhi murid dalam hal ini, maka kita juga dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang proses pembelajaran mereka.

Faktor paling jelas yang berdampak pada bagaimana murid menanggapi pertanyaan asesmen adalah tingkat kesulitan pertanyaan. Artinya, murid akan menjawab pertanyaan dengan benar hingga tingkat kesulitan meningkat ke titik di mana mereka menjawab dengan benar untuk beberapa pertanyaan hingga salah untuk yang lain. Pada akhirnya, mereka akan mencapai titik di mana konsep dan keterampilan berada di luar tingkat kemampuan mereka. Kemampuan mengetahui dengan tepat sejauh mana pengetahuan dan kemahiran murid akan membantu kita merencanakan pembelajaran dan pengajaran secara lebih efektif.

Kerap kali, murid tercatat sangat mahir dalam beberapa aspek dari suatu domain, tetapi menemukan kesulitan di domain lain. Misalnya, seorang murid mungkin dapat memahami kesimpulan dalam narasi yang kompleks, tetapi mereka mungkin tidak dapat menafsirkan teks persuasif dalam tingkat kesulitan yang sama. Atas dasar ini, kami mengelompokkan data ke dalam kumpulan kemahiran atau kumpulan pengetahuan yang berbeda untuk melihat aspek-aspek yang lemah dalam proses pembelajaran mereka.

Terkadang, pembahasaan yang digunakan dalam domain soal tertentu dapat menghalangi murid untuk mendemonstrasikan kemampuan mereka. Misalnya, seorang murid mungkin dapat menyelesaikan perhitungan matematika dengan benar tetapi belum tentu dapat menginterpretasikan soal cerita yang berhaitan dengan keterampilan matematika tersebut meskipun sebenarnya menggunakan rumus yang sama. Hal ini dapat memberikan wawasan kepada guru terkait pemahaman murid tentang bahasa dan bagaimana hal ini dapat menjadi kendala bagi murid-murid tertentu.

Beberapa murid juga dapat menjadi kurang fokus khususnya selama menjalani proses asesmen. Kesalahan yang tidak disengaja kerap terjadi berbanding lurus dengan ketersediaan waktu. Informasi semacam ini dapat membantu kita memahami apakah durasi asesmen telah sesuai bagi murid kita, atau apakah beberapa murid tertentu membutuhkan bantuan khusus dari guru untuk mempertimbangkan faktor lingkungan ke dalam rencana belajar mereka (seperti misalnya kapan waktu yang tepat dalam satu hari, atau panjangnya suatu asesmen).

Dengan kata lain, menyortir data dengan cara yang berbeda membantu kita untuk mengetahui aspek apa yang perlu kita fokuskan sebagai guru dalam memahami kebutuhan perencanaan belajar dan mengajar murid.

Mengapa penting untuk mencari pola dalam data asesmen murid? Jenis pola apa yang harus dicari pendidik, dan pelajaran apa yang dapat dipetik oleh pola ini?

Pola dalam data memberikan petunjuk bagi pendidik tentang kesiapan belajar murid. Sebagai contoh, kita sering melihat pola yang menunjukkan tingkat kesulitan yang sedang dikerjakan murid. Dalam kasus ini, kita sering melihat respons yang benar untuk pertanyaan yang mudah, respons yang salah untuk pertanyaan yang paling sulit, dan campuran respons yang benar dan yang salah diantara kedua hal tersebut. Di area tengah inilah kita dapat mengidentifikasi 'kesiapan belajar' murid.

Namun sayangnya pencarian pola tidak selalu semudah ini. Terkadang kita perlu mengatur data dengan cara berbeda untuk menemukan sebuah pola. Contohnya, kita mungkin mengelompokkan jenis pertanyaan dengan keterampilan atau pengetahuan yang serupa. Dengan cara ini kita dapat menemukan pola di mana murid mengetahui banyak tentang satu aspek mata pelajaran, tetapi kurang di bidang yang lain.

Pola juga dapat memberi tahu kita tentang salah pergertian terhadap suatu konsep yang mungkin dimiliki kelompok murid. Misalnya, jika sejumlah besar murid menjawab pertanyaan dengan jawaban salah yang sama, itu mungkin menunjukkan kesalahpahaman secara umum di dalam kelas. Guru kemudian dapat menggunakan informasi ini untuk merencanakan kegiatan belajar mengajar agar dapat mengatasi kesalahpahaman tersebut.

Kemampuan menemukan pola menuntut kesediaan serta kesabaran untuk melakukan identifikasi bahkan ketika tidak ada pola yang jelas atau di mana pola satu murid sangat berbeda dari murid lain. Ketika ini terjadi, guru mungkin perlu meminta umpan balik dari murid, melihat kembali soal yang telah dikerjakan, serta konteks yang dipahami oleh murid untuk mencari penjelasan yang masuk akal. Hal ini memungkinkan guru untuk menjadi lebih akurat dalam menafsirkan informasi dan itu berarti bahwa mereka dapat menanggapi dengan cara yang memungkinkan pembelajaran untuk berkembang. Pengetahuan guru tentang muridnya sangat penting dalam menafsirkan makna dari data asesmen, karena merekalah yang paling mengenal muridnya.

Apakah Anda bisa menjelaskan perbedaan antara analisis dengan interpretasi data asesmen? Apa yang harus diselesaikan di analisis sehingga kita bisa memulai interpretasi data?

Dalam analisis, kita memadukan data yang dapat memungkinkan kita menggunakan berbagai teknik untuk mendapatkan informasi dalam data tersebut. Terkadang kita menggunakan statistik, dan di lain waktu mengatur data sehingga menunjukkan pola yang logis atau pola yang visual. Ketika menganalisis data kualitatif, kita mencari pola bagaimana kata dan sebuah ide digunakan.

Di sisi lain, dalam interpretasi data, kita mencari tahu arti di dalam data tersebut. Untuk mencapai ini, kita harus mengerti konteks dari murid; apakah dari sesuatu yang mereka alami atau lakukan yang dapat berdampak pada pembelajaran atau respons mereka terhadap pertanyaan. Konteks dalam kelas juga harus dipertimbangkan seperti; pertanyaan dalam asesmen, pengetahuan kita pada materi serta murid. Pada saat kita mengumpulkan informasi tersebut, kemunngkinan besar dapat menghasilkan interpretasi yang akurat. Namun, terkadang maknanya tetap kurang jelas. Dalam kasus seperti ini sebaiknya kita membuat pertanyaan-pertanyaan lanjutan untuk mendapatkan informasi relevan agar mencapai interpretasi yang lebih akurat.

Selalu penting untuk melakukan analisis sebelum mencari makna dari suatu data. Sebab jika kita terlalu cepat melakukan interpretasi data, terdapat kemungkinan bahwa konklusi yang diambil menjadi tidak akurat. Hal ini akan berdampak pada kemampuan kita untuk membantu murid sesuai dengan kebutuhannya.

Kenapa sangat bermanfaat bagi guru untuk bekerja sama sebagai satu tim untuk analisis dan interpretasi data asesmen?

Kolaborasi antar guru sangat penting dalam analisis dan interpretasi data asesmen dalam berbagai level. Pertama, pengajar tidak perlu untuk menjadi ahli dalam semua bidang; mereka dapat memilih untuk fokus pada keahlian mereka masing-masing dan menggabungkan ilmu mereka bersama. Sebagai contoh, satu pengajar mungkin lebih unggul dalam analisis data sementara yang lain memiliki pengetahuan lebih dalam tentang murid ataupun tentang konten/materi. Keahlian masing-masing pengajar dapat membantu proses mengajar. Dan walaupun terjadi situasi di mana para guru memiliki keahlian yang kurang-lebih sama, mereka dapat saling memberikan perspektif baru untuk dapat lebih memahami data. Secara praktis, ketika guru bekerja sama sebagai tim, sebenarnya mereka saling berkontribusi dalam mengurangi beban tugas bersama.

Apa yang dapat kita pelajari dari menggunakan data asesmen secara efektif di masa pandemi ini? Apa yang telah dilakukan dengan baik oleh pengajar? Kesulitan apa yang umumnya mereka hadapi?

Saat ini, saya menjadi bagian dari tim guru peneliti dalam penggunaan data di masa pandemi. Meski masih dalam proses penyelesaian analisis data, namun kami telah mendapati beberapa penemuan menarik yang mungkin dapat saya bagi. Sebelum pandemi COVID-19, sebagian besar guru tidak mempunyai pengalaman mengajar secara daring, walaupun beberapa pernah mengalami sedikitnya sekali belajar secara daring. Terlepas dari keadaan ini, kami mendapati temuan yang membesarkan hati di mana banyak guru berupaya untuk memanfaatkan berbagai macam data untuk lebih memahami murid mereka yang saat ini berkutat untuk terus menjalani proses belajar secara daring. Laporan studi ini dapat dilihat di British Educational Research Association (BERA) Blog.

Dalam sesi tanya-jawab, Dr. Katie Richardson menjelaskan bagaimana pola data asesmen dapat membantu guru mengidentifikasi kesalah-pengertiaan umum pada murid.

Balik pada data tugas asesmen terdahulu, dapatkah Anda bisa menunjukkan kasus di mana sebagian besar murid menjawab dengan jawaban sama yang salah? Bagaimana Anda akan menggunakan data ini untuk merencanakan aktivitas belajar-mengajar serta mengeksplorasi penyebab terjadinya kesalah-pengertiaan umum pada murid?