Dalam artikel sebelumnya mengenai sejarah termutakhir laporan sekolah di Australia, kami sepintas menyebut beberapa ketidakpuasan orangtua akan kualitas informasi yang terdapat dalam laporan sekolah, termasuk komentar guru.
Ketidakpuasan tersebut nampaknya membenarkan mandat dari Pemerintah Federal di tahun 2005 — sebagai bagian dari paket pendanaan federal kepada negara-negara bagian — bahwa sekolah-sekolah harus memberikan laporan dalam “bahasa yang sederhana”. Namun demikian, sejak saat itu, di Australia tidak ada riset jelas yang membahas tentang sifat dan kualitas laporan sekolah, atau mengenai komentar dalam laporan tersebut.
Analisis berkelanjutan kami mengenai laporan sekolah Australia masa kini dan hasil kerja focus group kami dengan stakeholders, sebagai bagian dari proyek Komunikasi Perkembangan Belajar Siswa kami, menunjukkan bahwa sekolah-sekolah, para guru, siswa, orangtua dan pengasuh, ternyata memiliki masalah dengan tujuan dari—dan bahkan penempatan—komentar guru pada laporan sekolah. Artikel ini akan menggarisbawahi beberapa hasil pengamatan yang telah kami buat dalam analisis awal kami mengenai komentar guru.
Komentar umum
Sebuah kategori komentar yang lazim ditemukan dalam laporan primer dan kadang-kadang disertakan dalam laporan sekunder, ialah “komentar umum”. Himpunan data kami telah mengidentifikasi komentar-komentar umum yang nampaknya memiliki bermacam fungsi berbeda.
Fungsi pertama ialah semata-mata sebagai ruang untuk memberikan pujian atau dukungan bagi siswa. Fungsi kedua ialah sebagai penyediaan informasi mengenai kecenderungan umum dalam pembelajaran serta kebiasan dalam cara kerja. Fungsi ketiga berkaitan dengan deskripsi kemampuan umum siswa, termasuk di dalamnya kemampuan berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, kolaborasi, problem solving, dan riset.
Komentar umum cenderung memiliki orientasi yang positif dan mungkin diharapkan untuk dapat memberikan suatu kesan menyeluruh mengenai perilaku atau pendekatan anak mereka terhadap kegiatan belajar kepada orangtua dan pengasuh dengan. Dengan fakta bahwa kurikulum nasional dan negara bagian banyak memiliki fokus pada kemampuan umum, maka menarik untuk menilik beberapa komentar mengenainya.
Beberapa orangtua dan pengasuh dalam focus groups yang kami bentuk mengindikasikan pentingnya informasi semacam ini untuk diikutsertakan dalam laporan, karena mereka ingin tahu apakah anak mereka “bersemangat dan siap untuk belajar” atau tidak. Namun, karena beberapa komentar ditulis dengan kata-kata yang sangat umum, dan terkadang disertai bahasa yang emotif-evaluatif, beberapa orangtua (dan siswa) merasa bahwa komentar tersebut kurang “berbicara”, tidak jelas, atau sulit untuk dipahami dengan semestinya.
Komentar seputar perkembangan dan pencapaian belajar
Kebanyakan dari komentar guru di laporan-laporan siswa mendeskripsikan pencapaian belajar siswa dengan gaya empiris yang dicirikan oleh pernyataan-pernyataan objektif berdasarkan fakta serta hasil pengamatan akan perilaku siswa.
Salah satu kategori komentar yang bergaya demikian merupakan pernyataan seputar kegiatan dan tugas-tugas belajar yang dijalani siswa di kelas.
Komentar-komentar semacam ini mungkin dapat bermanfaat bagi orangtua dan pengasuh yang menginginkan wawasan mengenai pengajaran kurikulum dan apa saja yang telah anak mereka pelajari. Namun demikian, bagi para orangtua-pembaca yang ingin memahami seberapa jauh perkembangan anak mereka, komentar di atas mungkin tidak akan cukup, dan akan ada pertanyaan-pertanyaan yang tersisa: Apakah semua anak mampu meraih pencapaian yang sama ataukah anak saya mengungguli teman-temannya di sekolah? Seberapa baik mereka melakukan kegiatan-kegiatan ini? Mengapa khususnya kegiatan tersebut penting?
Gaya empiris yang serupa juga digunakan beberapa guru untuk tidak hanya mendeskripsikan bukti dari apa yang siswa “telah lakukan”, namun juga apa yang menurut guru “bisa siswa lakukan”.
Ketika didampingi oleh sebuah indikator di mana siswa dinilai bahwa mereka bekerja menurut kontinum kurikulum, pernyataan-pernyataan objektif mengenai apa yang seorang siswa “dapat lakukan” bisa dipandang sebagai bukti yang membenarkan pernyataan guru tersebut. Memang betul bahwa di banyak kasus, pernyataan objektif ini sepertinya diambil langsung dari deskriptor konten kurikulum.
Namun, tanpa pengetahuan yang menyeluruh mengenai kurikulum, orangtua akan kesulitan menarik kesimpulan dari komentar-komentar yang demikian tentang perkembangan anak mereka, atau bagaimana perkembangan anak tersebut menurut tingkatan ekspektasi. Pertanyaan-pertanyaan yang serupa dengan di atas juga mungkin terpikirkan oleh orangtua: Sebaik apa yang bisa dilakukan anak saya? Dalam situasi atau konteks yang bagaimana? Apakah ini indikasi tingkat pencapaian yang tinggi-, menengah-, atau rendah-? Bisakah mereka — atau apakah mereka seharusnya bisa — melakukan lebih?
Dalam komentar lain, terkadang guru mengadopsi sebuah gaya yang lebih evaluatif. Walaupun gaya ini berisiko bahwa komentarnya bisa terdengar seperti pernyataan subjektif sebuah opini, komentar evaluatif juga dapat berfungsi untuk memberi sinyal bagaimana siswa bekerja berdasarkan sebuah standar (bahkan meskipun standar tersebut “hanya” mengacu kepada pengalaman dan keahlian guru) dan dibandingkan dengan anak sekelas atau sekelompok.
Komentar-komentar yang demikian — meski evaluatif — tidaklah sepenuhnya relatif: beberapa mendeskripsikan, secara ringkas, tingkat kemampuan yang disertai petunjuk-petunjuk objektif yang masuk akal. Seorang pembaca yang “mahir” kemungkinan akan membaca teks-teks yang lebih kompleks untuk usia mereka. Sebuah “pertimbangan yang hati-hati” kemungkinan bermakna bahwa siswa tersebut telah menyediakan analisis yang reflektif, mungkin juga mempertimbangkan beberapa sudut pandang. Bahwa seorang anak telah menulis esai yang “sangat baik” bisa jadi sepenuhnya subjektif dan tidak terlalu menjelaskan apa yang membuat esai tersebut sangat baik. Namun, ketika didukung oleh rincian tambahan di komentar selanjutnya, gambaran yang jelas lalu muncul. Sebaliknya, mungkin, tidaklah begitu jelas apa makna pemahaman yang “solid” atau “mengesankan” mengenai ICT programming dan web design, atau apakah guru berpendapat bahwa istilah seperti “solid” dan “mengesankan” sesungguhnya bermaksa “dasar” atau “ahli” atau “luar biasa”.
Jika kita bertanya bagaimana dan sebaik apa komentar guru dapat mengomunikasikan informasi mengenai pembelajaran seorang anak, jawabannya tergantung level rincian yang diadopsi setiap guru. Pertimbangkan, sebagai contoh, komentar-komentar berikut ini, yang semuanya didapat dari laporan seorang siswa Tahun ke-8, namun variasi dalam rinciannya lebih terkesan umum.
Komentar pertama sifatnya begitu umum hingga kita bisa mengaplikasikannya ke dalam area pembelajaran manapun, dan komentar terakhir menyediakan tingkat rincian yang khusus, yang berfokus kepada satu aspek pembelajaran matematika siswa.
Pertanyaan yang menarik adalah: Rincian yang seperti apa yang bisa dimasukkan ke dalam laporan sehingga dapat menyediakan informasi bermanfaat bagi orangtua siswa? Jika rinciannya terlalu sedikit, informasi dalam laporan dapat berisiko menjadi terlalu umum sehingga akan sulit untuk memahami tentang pembelajaran siswa. Jika rinciannya terlalu banyak, dapat berisiko akan adanya kelebihan informasi, atau ada informasi yang tidak disertakan, terkait pembelajaran siswa tersebut.
Menentukan seberapa banyak rincian dalam komentar guru tidaklah sederhana. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya jumlah siswa yang harus dibuatkan laporan, ketentuan sekolah mengenai batasan jumlah kata atau huruf dalam setiap laporan, serta kapasitas tugas penilaian untuk dapat menyaring bukti-bukti yang bisa dimasukkan ke dalam rincian pada komentar guru.
Yang menarik, berhubung diasumsikan bahwa tujuan laporan sekolah adalah sebagai sarana komunikasi mengenai perkembangan belajar anak, mengejutkan betapa hanya sedikit komentar guru yang sudah kami analisis, yang tampaknya memang bertujuan untuk menjalankan fungsi tersebut. Sesekali, dan kebanyakan dalam laporan sekolah dasar, guru berkomentar bahwa seorang anak “berkembang dengan luar biasa baik” atau “mempelajari banyak sekali hal baru”. Di waktu lain, guru berpendapat bahwa beberapa aspek spesifik dalam pembelajaran seorang anak telah “menunjukkan peningkatan”. Namun demikian, kami tidak menemukan adanya komentar guru yang secara eksplisit merincikan apakah seorang anak kini dapat melakukan — atau telah dapat menguasai — sesuatu yang sebelumnya tidak dapat mereka lakukan.
Komentar mengenai peningkatan
Kebanyakan dari laporan sekolah yang kami analisis mengandung komentar-komentar yang berfokus kepada bagaimana seorang siswa dapat meningkatkan kemampuannya. Dalam beberapa laporan sekolah menengah, guru hanya menyediakan laporan yang berfokus pada peningkatan kemampuan siswa. Dalam laporan sekolah dasar, komentar mengenai peningkatan biasanya disediakan sebagai tambahan dari komentar mengenai subjek atau komentar yang sifatnya umum.
Salah satu jenis komentar mengenai peningkatan yang kami amati adalah yang mengindikasikan “langkah selanjutnya dalam pembelajaran”. Komentar yang demikian mengutamakan keterampilan-keterampilan yang spesifik atau aspek pengetahuan yang siswa butuhkan untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya dan mengembangkan kemampuan mereka dalam sebuah area pembelajaran. Terkadang komentar tersebut disertai saran dan pendapat bagi siswa mengenai bagaimana mereka dapat mengonsolidasi langkah pembelajaran selanjutnya.
Kekhususan komentar-komentar tersebut memberi kesan kepada pembaca bahwa guru memiliki kemampuan diagnosis yang jelas mengenai celah dalam pembelajaran siswa atau dalam perkembangan keterampilan mereka, dan dengan demikian pemahaman tentang apa yang siswa harus lakukan untuk menjadi lebih maju. Komentar mengenai peningkatan yang juga menyediakan langkah-langkah selanjutnya seperti yang dicontohkan di atas, dapat memberi kesan yang kuat bahwa guru fokus kepada pertumbuhan pembelajaran seorang anak. Sebaliknya, lihatlah contoh komentar di bawah ini, yang diambil dari laporan beberapa subyek.
Saran yang demikian merupakan saran mengenai kebiasaan yang baik serta cara belajar secara umum, dan mungkin memang dapat bermanfaat bagi siswa dalam semua tahap pembelajaran mereka. Namun, komentar-komentar tersebut kurang kekhususan dan fokus mengenai langkah-langkah selanjutnya dalam jangkauan pembelajaran siswa mengenai suatu disiplin ilmu.
Komentar seperti apa yang paling efektif?
Pengamatan dan analisis kami menunjukkan bahwa komentar merupakan hasil dari pilihan-pilihan yang dipertimbangkan oleh para guru dan sekolah. Jenis pertimbangan yang penting termasuk menentukan tujuan dan fungsi yang jelas dari komentar, serta mengemas komentar tersebut dengan tingkat rincian yang dapat menyediakan informasi yang bermakna demi tercapainya tujuan ini.
Diskusi focus group yang sedang kami jalankan bersama siswa, orangtua, dan guru menunjukkan bahwa komentar guru dianggap sebagai bagian yang penting dalam laporan mengenai siswa. Potensi laporan adalah untuk mengomunikasikan tidak hanya kinerja siswa selama satu periode atau satu semester, namun juga bagaimana mereka telah berkembang dalam proses pembelajaran mereka. Laporan dapat menunjukkan apa yang harus siswa usahakan untuk terus berkembang lebih jauh.
Diskusi yang terperinci mengenai penempatan komentar guru dalam laporan sekolah dipresentasikan bersamaan dengan hasil pengamatan dan penemuan lain dalam laporan akhir dari proyek Komunikasi Perkembangan Belajar Siswa, terbit di bulan Juni 2019.
Hilary Hollingsworth dan Jonathan Heard mencatat: “Jenis pertimbangan yang penting diantaranya adalah menentukan tujuan dan fungsi yang jelas dari komentar yang dibuat, serta membuat komentar tersebut dengan rincian yang cukup untuk dapat menyediakan informasi yang bermakna demi tercapainya tujuan penulisan komentar.”
Bersama seorang rekan, pertimbangkanlah komentar-komentar yang telah Anda tulis di laporan Anda. Apa sebenarnya tujuan dari komentar tersebut? Untuk siapa komentar tersebut ditulis dan apa yang ingin Anda capai melaluinya? Apakah Anda telah memberikan cukup rincian untuk memberi makna dalam komentar tersebut?