Sebuah studi kelompok yang melibatkan murid berbakat di Kelas 5 hingga 8 di Amerika Serikat mengungkapkan tindakan apa saja yang membuat seorang guru termasuk sebagai pendengar yang efektif dalam suatu diskusi kelas, dan bagaimana tindakan ini mempengaruhi motivasi murid mereka untuk belajar.
Peneliti dari University of North Carolina di AS, Cindy M. Gilson dan Adrienne E. Sauder dari King's University College di Kanada melakukan studi yang mereka tulis dalam suatu makalah berjudul, Persepsi Murid Berbakat tentang Bagaimana Guru Seharusnya (atau Tidak Seharusnya) Bersikap sebagai Pendengar dalam Suatu Diskusi, Diterbitkan dalam jurnal Gifted Child Quarterly, penelitian ini menemukan bahwa guru akan dianggap oleh murid sebagai pendengar yang baik ketika mampu mewujudkan unsur-unsur verbal dan nonverbal dalam menjadi seorang pendengar aktif.
Studi ini berfokus pada pelajaran literasi dan membaca di mana diskusi yang terwujud dari sekumpulan dialog terjadi. Penulis menggambarkan hal ini sebagai “pendekatan yang menantang secara kognitif dan berpusat pada murid untuk meningkatkan pembelajaran serta partisipasi murid, termasuk kemampuan membaca tingkat lanjut”. Bentuk wacana ini ditandai dengan penggunaan pertanyaan tindak-lanjut, integrasi berbagai sudut pandang, erta pembangunan pengetahuan kolaboratif antar guru dan murid.
Peneliti memutuskan untuk menjadikan murid berbakat sebagai fokus studi oleh sebab kemampuan verbal serta pemahaman konsep abstrak mereka yang tinggi diantisipasi paling cocok untuk mengeksplorasi studi kualitatif yang berfokus pada kemampuan guru sebagai pendengar.
Perilaku dan karakteristik pendengar yang baik
Kelompok fokus murid yang melibatkan 51 peserta menemukan empat tema utama yang berkaitan dengan mendengarkan dan wacana di kelas:
- Guru sebagai pendengar yang aktif
- Karakter guru
- Perilaku dan perasaan murid
- Kemampuan mendengarkan sebagai alat pedagogi
“Tema utama yang muncul adalah bagaimana murid menyadari perilaku mendengarkan aktif verbal dan nonverbal guru mereka,” tulis peneliti. “Murid yang berpartisipasi akan menilai apakah sang guru benar mendengarkan dengan menampilkan perilaku mendengarkan verbal aktif, seperti menanggapi lewat umpan balik, menimpali tanggapan murid, dan mengajukan pertanyaan lebih lanjut.”
Merespon dengan umpan balik adalah teknik yang paling sering disebut murid sebagai indikasi guru mereka benar pendengar yang baik. Murid juga menyatakan pada peneliti bahwa proses meminta guru mendengarkan untuk kemudian menambahkan ide-ide kepada murid adalah cara yang efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan pada akhirnya membantu mereka menjadi murid yang lebih baik. Seperti yang dikatakan salah satu peserta:
Saya suka ketika guru menambahkan kalimat yang saya kemukakan dan memberi informasi yang berbeda serta mengarahkan saya berkembang ke arah yang benar, dibandingkan sebatas berkomentar ‘ya, kamu menjawab dengan benar dan saya akan menceritakan semuanya sekali lagi’.
Kontak mata juga disebut sebagai tindakan nonverbal yang disukai, begitu pula bahasa tubuh seperti menganggukkan kepala, menggunakan ekspresi wajah, dan mendengarkan tanpa menginterupsi. Mencatat juga menjadi gestur positif lain yang disukai oleh murid:
Saya suka ketika guru membuat catatan, sehingga ketika kami berdiskusi lagi tentang buku atau topik apa pun yang kami pelajari, mereka dapat melihat catatannya dan mengetahui apa yang sudah kami ketahui serta menambahkan hal-hal yang mungkin kami lewatkan.
Namun, untuk beberapa murid tindakan mencatat justru dimaknai sebagai tanda bahwa guru mereka tidak mendengarkan secara efektif:
Saya merasa jika guru membuat catatan, mereka sebenarnya tidak benar-benar memberi perhatian atau tidak merasa tertarik, dan tidak akan bisa memberikan umpan balik.
Empat karakter utama guru yang menunjukkan guru yang bagaimana yang dipandang sebagai pendengar yang baik adalah: rasa pengertian, ketertarikan, rasa hormat dan kepedulian. Menjadi guru yang pengertian adalah hal yang paling sering disebutkan, murid ingin guru mereka memahami mereka; apa yang mereka katakan, dan apakah murid mengerti tentang materi pelajaran atau tidak.
“Penting bagi murid untuk memiliki perasaan bahwa guru bersedia meluangkan waktu untuk memahami mereka dan pada saatnya untuk mampu menanggapi dengan cara yang bermakna dan secara tulus berkeinginan untuk mendukung pembelajaran murid,” tulis laporannya. Murid juga mengungkapkan keinginan mereka agar guru menjadi lebih otentik dalam upayanya memahami murid, serta menunjukkan minat otentik terhadap hal-hal yang disampaikan oleh murid.
Dalam hubungannya dengan bersikap hormat, para murid berkata bahwa seorang guru yang bersedia untuk menunjukkan rasa hormat terhadap pendapat mereka tentu adalah seorang pendengar yang baik. Hal yang sama juga dirasakan atas kemampuan guru untuk menunjukkan kepedulian terhadap pendapat murid.
Perasaan dan perilaku murid
Studi ini juga mengukur bagaimana perasaan murid ketika berinteraksi dengan seorang guru yang merupakan pendengar yang baik, dan sebaliknya, ketika mereka merasa diabaikan oleh seorang guru.
“Ketika murid merasa guru dapat mendengarkan dengan cara yang mereka sukai, mereka merasa terhubung, dipahami, dan bahwa pendapat mereka penting. Namun, ketika murid merasa diabaikan, analisis kami menunjukkan bahwa murid akan mengalami perasaan negatif yang berdampak pada motivasi mereka untuk berpartisipasi dan belajar,” tulis peneliti.
Secara keseluruhan, rasa positif yang dialami murid meliputi perasaan dihargai, terhubung, dan dimengerti serta kegembiraan sebab opininya dinilai bermakna. Para peneliti menyimpulkan bahwa ketika murid merasa nyaman sebab guru dengan serius mendengarkan mereka, mereka akan cenderung lebih nyaman datang ke sekolah dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Seorang peserta menunjukkan keadaan ini dalam komentarnya:
Saya rasa di saat saya berada dalam lingkungan yang lebih nyaman, maka saya kerap lebih mudah memahami berbagai hal, mulai dari situasi sekitar hingga apa yang dituliskan di buku serta apa pun yang dibicarakan di sekolah.
Sebaliknya, peneliti menemukan bagaimana murid akan merasa kesal, bodoh, tidak nyaman, serta sedih jika mereka merasa diabaikan oleh guru mereka dalam aktivitas kelas. Perasaan negatif yang muncul karena merasa tidak didengarkan kemudian dapat berimplikasi pada kurangnya motivasi mereka untuk berpartisipasi di kelas; dengan beberapa murid bahkan berpendapat bahwa mereka merasa lebih baik berhenti berbicara dan berpartisipasi dalam hal apapun.
“Hal apa pun yang diidentifikasi murid terhadap guru mereka; apakah itu sebagai pendengar yang baik atau tidak, akan mempengaruhi perasaan mereka terhadap guru itu sendiri, dan sekolah pada umumnya, dan terkadang bahkan hingga tercermin dalam perilaku mereka,” sebut penulis.
Referensi
Gilson, C. M., & Sauder, A. E. (2021). Gifted Adolescent Readers’ Perceptions of How Teachers Should (or Should Not) Listen During Dialogic Discourse. Gifted Child Quarterly. https://doi.org/10.1177/00169862211009856
Sebagai guru, renungkanlah tindakan nonverbal yang disebut murid-murid dalam artikel ini sebagai indikasi pendengar yang baik: kontak mata, anggukan kepala, bahasa tubuh, menggunakan ekspresi wajah, mencatat, dan mendengarkan tanpa interupsi.
Pikirkan tentang berbagai diskusi yang baru-baru ini terjadi di kelas Anda. Tindakan nonverbal mana dari daftar ini yang Anda gunakan? Mana yang tidak Anda manfaatkan? Apakah ada ruang bagi Anda untuk menerapkan tindakan nonverbal baru dalam pelajaran mendatang?