Apa yang dapat Anda pelajari dari mengamati diri sendiri saat mengajar

Rasa takut dan rasa penasaran yang sulit diungkapkan dengan kata-kata bercampur saat ditanya apakah saya bersedia direkam saat sedang mengajar.

Tidak lama kemudian, saya bersama dengan 160 rekan kerja terdekat menonton rekaman saya mengajar tersebut di bawah arahan seorang ahli pengajaran dan pembelajaran yang bekerja untuk sekolah kami. Tepat sebelum kami menonton rekaman tersebut di sesi pembelajaran profesional yang dihadiri seluruh staf di sekolah kami, saya merasa rentan dan mual seketika. Bantuan dari konsultan-guru kami, Glen Pearsall, dan kerjasama yang baik dengan kolega sayalah yang menjadikan ini pengalaman yang positif bagi saya dan oleh karenanya, saya ucapkan terima kasih.

Tujuan sesi tersebut adalah untuk mendorong para guru untuk melihat manfaat dari mengecek metode pengajaran dan pembelajaran yang dilakukan di kelas melalui analisis video. Dengan kapasitas video yang mampu mengabadikan momen di ruang kelas, baik saat berhasil maupun gagal, kami dapat belajar untuk menjadi lebih baik.

Memang mudah menuding kurangnya dana atau kesempatan yang diberikan di beberapa sekolah menjadi penghambat proses pengembangan kapasitas professional guru, tetapi menyaksikan proses pengajaran yang Anda lakukan merupakan hal yang bisa Anda kendalikan. Setiap guru dengan ponsel cerdas dan kolega atau siswa yang bersedia membantu, dapat menangkap momen-momen penting yang terjadi di kelas. Guru yang memiliki PLN (professional learning networks atau jaringan pembelajaran profesional) dan keinginan untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran sudah pasti akan mengakses video guru yang berbagi strategi pengajaran yang relevan dan efektif – sumber informasi daring, misalnya The Teaching Channel dan klip Teach Like a Champion karya Doug Lemov.

Ide untuk merekam diri sendiri saat mengajar mungkin kurang menarik, sebagian dikarenakan ada kekhawatiran jika video tersebut digunakan oleh pihak administratif sekolah untuk dijadikan tolak ukur penilaian terhadap kinerja guru tersebut. Ketika seorang guru dievaluasi oleh seorang pengawas, mereka tidak selalu menerima umpan balik yang mereka butuhkan untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran. Pengawas bisa jadi sekedar basa basi saja atau memberikan dukungan hanya agar guru merasa nyaman pada saat itu, sehingga memberi sedikit kesempatan untuk berkembang dan memperbaiki kemampuannya. Hal ini menjadi jauh lebih buruk jika umpan balik yang diberikan kritis, tetapi tidak relevan dengan pengajaran dan pembelajaran. Umpan balik formal kepada guru yang biasanya melalui proses observasi dan evaluasi tidak selalu tepat waktu dan konstruktif, tetapi berbeda halnya dengan seorang guru yang merekam video praktik mereka sendiri, lalu memeriksa rekaman tersebut untuk mengetahui apakah strategi pengajaran yang diterapkan berhasil atau tidak. Ini merupakan suatu keunggulan yang bisa dimanfaatkan oleh guru.

Pengalaman saya

Setelah melihat rekaman pengajaran saya sendiri, meski saya berlaku cukup keras pada diri saya sendiri saat refleksi diri, tetapi saya tahu persis bahwa saya mampu dan akan menjadi lebih baik. Dalam beberapa hal, lebih mudah mengkritik diri sendiri daripada mengartikan umpan balik yang terkesan diplomatis dan lemah lembut dari orang lain. Saat sesi untuk seluruh staf sekolah kami diadakan, Glen menunjukkan rekaman video sepanjang dua hingga tiga menit dari pengajaran yang saya lakukan di kelas (kami memfilmkan sekitar 40 menit), yang memperlihatkan partisipasi siswa dalam rutinitas berpikir Micro Lab (kegiatan berpikir dan berbagi dalam kelompok). Glen lalu mengajukan pertanyaan: Apa yang perlu dilakukan guru (Rachael) agar kegiatan rutin ini dapat berjalan dengan baik? Pertanyaan itu dirancang untuk memperoleh tanggapan yang positif dan menguatkan dan hasilnya pun membuat saya lega mendengarnya. Namun, bukan berarti bahwa saya tidak mencatat sejumlah tanggapan jika pertanyaan yang diajukan adalah “Apa yang bisa dilakukan secara berbeda atau lebih baik?”.

Lima detik pertama penayangan klip itu terasa begitu menyiksa. Ketika video dimulai yang menampilkan saya tampak berusaha meminta perhatian para siswa, volume video masih coba disesuaikan. Suara teriakan saya yang meminta perhatian siswa riuh terdengar dan rasanya membuat saya seperti mau mati saja, dan seketika itu juga saya merasa ciut saat volumenya (oh sangat) perlahan-lahan disesuaikan, dan tanpa saya sadari, saya terus memohon untuk 'kecilkan suaranya'. Celetukan simpatik dari Glen soal ketidaknyamanan saat pertama kali melihat diri Anda di film sedikit menenangkan ketakutan yang melanda dan pada saat itu juga, saya berjanji pada diri sendiri hanya akan membuat isyarat non-verbal sehingga mengurangi teriakan di kelas. Pada esok harinya di kelas, saya menyampaikan permintaan maaf yang tulus dan kami sepakat untuk menentukan tanda non-verbal yang bisa dipakai di kelas kami dan tidak membuat siswa merasa diperlakukan seperti anak-anak sekolah dasar.

Hanya butuh waktu lima detik melihat rekaman diri saya mengajar hingga akhirnya pencerahan muncul, 10 menit untuk mencari isyarat non-verbal minta perhatian, dan 10 menit selanjutnya untuk membahasnya bersama-sama dengan siswa, lalu menyepakati satu atau dua isyarat yang menurut kami akan berhasil. Bukannya saya tidak tahu tentang isyarat non-verbal sebelumnya. Saya tahu. Akan tetapi, saya benar-benar berpikir saya tidak membutuhkannya sampai saya akhirnya sadari apa makna dari teriakan saya saat meminta perhatian siswa, jika dilihat dari sudut pandang mereka.

Kesempatan untuk merefleksikan dan mengembangkan diri

Saya kemudian bertanya-tanya, hal lain apa lagi yang bisa saya pelajari dari menonton semua rekaman yang berdurasi 40 menit itu. Jika dari pengamatan pertama saya menghasilkan peningkatan langsung terhadap praktik di kelas, adakah hal lain yang mungkin saya temukan dan bagaimana saya dapat menggunakan observasi tersebut untuk menjadi guru yang lebih baik? Mengamati diri saya sendiri mengajar, jujur merupakan pengalaman yang tidak nyaman, sama halnya seperti membaca buku harian yang saya tulis ketika masih remaja, menarik, tetapi menyiksa di saat bersamaan. Untungnya, rasa tidak nyaman secara bertahap berkurang dan Anda pun memperoleh kesempatan untuk berefleksi dan belajar. Berikut adalah tiga hal yang saya pikir dapat Anda pelajari ketika Anda menyaksikan rekaman Anda mengajar.

Momen terburuk Anda mungkin bukan ...

Ketika direkam, saya sadar akan ada kamera di ruangan itu. Saat itu saya berpikir, saya bisa coba untuk mengabaikannya dan memang ada saat-saat dimana saya lupa bahwa sedang direkam, tetapi, saya sadar bahwa nantinya akan ada orang lain yang turut menonton. Oleh karena itu, saat memberikan instruksi untuk Micro Lab dan ada dua siswa yang tidak memperhatikan, saya pikir, "waduh... ini akan terlihat jelek di kamera – apa nanti yang akan dipikirkan orang ketika mereka melihat bahwa siswa di kelas saya bahkan tidak menaruh perhatian?" Kemudian, ketika saya berkeliling ruangan dan berhenti di setiap meja, tampak satu siswa jelas tidak menyelesaikan tugas. Lagi-lagi saya berpikir, “Apa tanggapan orang tentang kemampuan mengajar saya saat mengetahui seorang siswa tidak mengerjakan tugas?” Namun, ketika kami menonton klip di bawah arahan Glen, hal-hal seperti inilah yang ia ingin kami diskusikan. Apa yang harus dilakukan guru untuk membuat proses berpikir ini berhasil? Cara saya menanggapi siswa yang awalnya tidak memperhatikan dan juga siswa yang tidak mengerjakan tugas menjadi momen yang membuat saya belajar.

Miriam Gamoran Sherin dan Elizabeth Dyer (2017) menuliskan pengalaman mereka dengan guru yang menggunakan video sebagai alat pengembangan profesional dan menunjukkan bahwa video kelas yang paling efektif tidak hanya berbagi praktik teladan, tetapi juga menawarkan contoh pengajaran yang sesungguhnya dengan pengajaran yang berkualitas yang tinggi, kompleks sekaligus berantakan. Menonton klip akan ‘pengajaran yang sempurna' di kelas yang 'sempurna' dengan siswa yang juga 'sempurna' tidak akan membantu kita menjadi guru yang lebih baik.

Sedikit berbicara

Ini tentu bukan hal yang baru. Kebanyakan guru tahu bahwa mereka harus berbicara lebih sedikit, tetapi ada dorongan tersendiri ketika Anda duduk, melihat, dan mendengarkan diri Anda sendiri di video sedang mengulangi instruksi dengan empat cara yang berbeda dan menggunakan lima kalimat untuk menyampaikan sesuatu yang cukup disampaikan dalam satu kalimat saja.

Larry Ferlazzo, guru sekolah menengah atas sekaligus penulis (2011), meminta siswanya untuk menonton video pelajaran di kelasnya dan merefleksikan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi. Salah satu dari sekian banyak umpan balik konstruktif yang ia terima adalah permintaan untuk jangan terlalu banyak menjelaskan dan berbicara. Berapa banyak siswa di kelas di tempat lain yang mungkin mengatakan hal yang sama? James Beane (2005) memaparkan bahwa ia pernah membuat tanda untuk dirinya sendiri yang mengingatkannya kapan berhenti berbicara dan meletakkan tanda tersebut di tempat bisa dilihatnya saat berada di depan kelas. Meskipun ada poin penting yang harus disampaikan, Beane berujar bahwa jika ia menunggu cukup lama, salah satu siswanya akan mengungkapkan poin penting tersebut. Sebagai seorang guru, seringkali kita secara hati-hati merencanakan apa yang akan kita lakukan atau katakan saat pelajaran berlangsung, tetapi kita seringkali salah dalam memprediksi waktu yang kita butuhkan, sehingga membuat siswa hanya punya sedikit waktu untuk melakukan pembelajaran aktif. Menonton cuplikan video saya mengajar membuat saya sadar bahwa perencanaan jalannya suatu pelajaran yang cermat tidak hanya soal kapan guru harus berbicara dan kapan guru harus diam, tetapi juga soal memberikan lebih banyak waktu bagi siswa untuk berbicara dan lebih banyak waktu bagi Anda selaku guru untuk mendengarkan.

Anda seorang pembelajar

Salah satu hasil paling mengejutkan justru berasal dari percakapan antara saya dan siswa sesudah menonton video saya mengajar. Para siswa tertawa ketika saya menceritakan tentang rasa mual yang saya rasakan tepat sebelum klip itu diputar dan perasaan takut pada beberapa detik pertama. Setelah itu, para siswa melihat saya sebagai guru sekaligus pembelajar dan tahu bahwa ada cita-cita yang sedang saya coba capai dalam hal belajar mengajar. Penting bagi saya untuk mereka tahu bahwa saya punya harapan besar terhadap mereka, sama besarnya dengan harapan terhadap diri saya sendiri. Hal ini juga berarti baik siswa ataupun guru kadang melakukan kesalahan, tetapi kita bisa bersama-sama belajar dari kesalahan-kesalahan tersebut.

Referensi

Beane, J. (2005). A reason to teach. Portsmouth, NH: Heinemann.

Ferlazzo, L. (2011, January 12). My Students Help Assess My Teaching. Education Week Teacher. Diambil dari www.edweek.org

Sherin, M. & Dyer, E. (2017). Teacher self-captured video: Learning to see. Phi Delta Kappan, 98(7), 49-54.

Seberapa sering Anda merefleksikan praktik kelas Anda sendiri dan format peninjauan seperti apa yang menurut Anda paling membantu? Bagaimana hal ini membantu praktik mengajar Anda di masa mendatang?

Sebagai seorang pimpinan sekolah, apakah Anda menyediakan kesempatan yang rutin bagi guru untuk mengamati cara orang lain mengajar?