Koleksi buku Teacher: Thrive – Sebuah pendidikan jasmani “baru”?

Dalam edisi terbaru Teacher’s bookshelf, kami membagikan kutipan eksklusif dari Thrive: tujuan berdirinya sekolah di dunia yang terus berubah, oleh Valerie Hannon dan Amelia Peterson. Dalam Edisi ke-2 ini, penulis mengadvokasi tujuan baru dalam pendidikan dan mengeksplorasi perkembangan semacam apa yang perlu terjadi di era yang disruptif ini.

Setiap bab menampilkan contoh sekolah inovatif dan bagaimana mereka mengatasi tantangan dari dunia yang terus berubah dengan cepat. Kutipan berikut diambil dari Bab 11 – Panduan Jalan bagi Diri yang Berkembang: Apa yang dapat dilakukan sekolah untuk membantu pelajar menemukan ruang untuk mengembangkan penerimaan atas ke”diri”an mereka, “diri” yang merasa aman dalam keberadaannya di dunia fisik?

Sebagian besar sekolah akan setuju bahwa mereka mengemban misi yang penting untuk membantu murid mereka berkembang secara fisik – yaitu tubuh mereka – serta secara akademis dan sosial.

Pendidikan jasmani menjadi bagian dari kurikulum hampir semua sekolah di seluruh dunia, tetapi sebagaimana yang kita lihat di Bab 10, terkadang pendidikan jasmani saja belum cukup untuk melawan kecenderungan pelajar untuk memiliki kebiasaan makan yang buruk serta mencegah apa yang digambarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai epidemi obesitas global.

Sedikit sekali dari anak-anak yang kita temui belakangan ini yang memenuhi kriteria kesehatan jasmani yang sesuai dengan standar – misalnya saja satu jam aktivitas fisik per hari. Di semua negara OECD, hanya kurang dari satu per tiga anak yang memenuhi standar ini, dan lebih dari setengah negara yang tergabung bahkan mencatatkan kurang dari satu per lima anak (UNICEF, 2013).

OECD secara berkala menyurvei aktivitas fisik pada anak berusia 11, 13, dan 15 tahun, serta pada orang dewasa. Di hampir semua negara OECD, tingkat keterlibatan anak dalam olahraga atau aktivitas fisik menurun sejak usia 11 atau 15 tahun hingga seterusnya. Hanya seperempat dari jumlah total populasi umur yang lebih tua yang tercatat masih melakukan aktivitas fisik yang cukup (OECD, 2009; OECD 2019, hlm. 76-79).

Kurang olahraga tidak hanya merusak fisik namun juga kesehatan mental kita. Dr. John Ratey, seorang psikiater dan profesor di Harvard Medical School, telah mendedikasikan sepanjang karirnya mempelajari hubungan antara olahraga dan kesehatan mental.

Kerap bekerja bersama anak-anak dengan ADD, Ratey berulang kali melihat bagaimana rutinitas olahraga dapat menjadi cara yang efektif untuk mengelola kondisi tersebut. Sejak menyadari itulah, ia juga mulai mempelajari manfaat olahraga bagi semua anak.

Ratey merasakan ketertarikan khusus pada kasus Sekolah Menengah Atas Naperville Central, di Chicago. Pada awal tahun 1990-an, koordinator olahraga sekolah, Paul Zientarski, melakukan perubahan pada program pendidikan jasmaninya untuk mempromosikan olahraga sebagai aktivitas seumur hidup, dan tidak lagi berfokus pada olahraga kompetitif yang hanya dilakukan oleh beberapa murid tertentu di jam seusai sekolah.

Ratey menemukan bahwa dengan menyelenggarakan kelas pendidikan jasmani pada jam pelajaran pertama setiap harinya akan membawa berbagai dampak positif pada kelompok anak yang berpartisipasi (termasuk peningkatan nilai pelajaran) (Ratey & Hagerman, 2008).

Dampak yang tercatat dalam skor tes tersebut adalah pengingat bahwa hubungan antara perkembangan fisik dan mental memang sangat penting, dan pertanyaan mengenai bagaimana pendidikan jasmani “gaya baru” ini dapat menjadi fondasi kesehatan fisik seumur hidup bagi setiap murid. Hal ini tentu saja perlu didukung dengan mengombinasikan berbagai aktivitas fisik termasuk permainan di dalamnya, seluruhnya dilakukan untuk menjaga kebugaran pribadi seseorang.

Program pendidikan jasmani yang baru ini terdiri dari tiga atau empat permainan atau olahraga yang berbeda, di mana murid harus bergerak terus-menerus. Berbeda dengan olahraga kompetitif yang hadir sebagai suatu permainan besar di mana sebagian besar pemain yang bukan unggulan bisa saja tidak harus bergerak. Sebagai alternative, murid dapat pula memilih untuk berlatih dengan bantuan peralatan olahraga, seperti misalnya sepeda statis yang dimiliki oleh sekolah.

Dalam program tersebut semua murid perlu menggunakan monitor detak jantung dan bersaing berapa lama mereka dapat terus menjaga naiknya detak jantung mereka selama satu sesi. Dengan cara ini, setiap murid dapat bersaing sesuai dengan tingkat kebugaran tubuhnya sendiri, bukan pada aspek seperti kecepatan atau keterampilan, yang kerap hanya dimiliki oleh murid tertentu dengan bentuk tubuh tertentu. Program ini menekankan proses yang menciptakan rasa senang dan puas. Murid perlu “mempelajari” tubuh mereka agar untuk seterusnya, mereka dapat merawatnya untuk waktu yang sangat lama di masa depan.

Singkat kata, pendidikan jasmani dengan cara lama menekankan pentingnya menjadi anggota dalam suatu tim dan keberhasilan dalam suatu kompetisi (kesempurnaan yang sifatnya ideal). Pendekatan baru ini hadir dan berorientasi pada masa depan kebugaran murid yang lebih baik, dengan personalisasi pengalaman fisik untuk menemukan jalan yang paling tepat bagi setiap individu.

Referensi

Hannon, V., & Peterson, A. (2021). Thrive: the purpose of schools in a changing world (2nd ed.). Cambridge University Press

OECD. (2009). Comparative Child Well-Being across the OECD. In Doing Better for Children (pp 21-63). OECD Publishing.

OECD. (2019). Health at a Glance 2019: OECD Indicators. OECD Publishing. www.oecd.org/health/health-systems/health-at-a-glance-19991312.html

Ratey, J.J., & Hagerman, E. (2008). Spark: The Revolutionary New Science of Exercise and the Brain. Little, Brown and Company.

Sparking Life. (n.d.) Naperville, Illinois: Naperville’s New P.E. fitness model sparks academic success. https://www.sparkinglife.org/n...

UNICEF. (2013). Child Well-Being in Rich Countries: A Comparative Overview. Innocenti Report Card 11. UNICEF Office of Research.

Thrive: the purpose of schools in a changing world (2nd ed.), oleh Valerie Hannon dan Amelia Peterson, dipublikasikan oleh Cambridge University Press dan tersedia di SINI – gunakan kode THRIVE21 untuk mendapatkan diskon sebesar 20 persen.