Kembali ke sekolah: Membangun kembali rutinitas serta semangat bertatap muka

Dengan bertambahnya tingkat vaksinasi COVID-19 yang mendorong mulai dibukanya sekolah-sekolah di seluruh dunia kembali ke pembelajaran tatap muka, guru dan murid menghadapi tantangan di mana mereka diharuskan untuk membangun kembali hubungan dan rutinitas tatap muka. Tidak hanya itu, baik guru dan murid juga perlu meluangkan waktu untuk merenungkan pengalaman belajar yang telah mereka lakukan di rumah dan memikirkan bagaimana mereka harus melanjutkan dari sana. Dr. Gail Brown dan Dr .Carl Leonard menawarkan beberapa saran dan pertanyaan untuk menjadi bahan refleksi dalam artikel ini.

Banyak murid merasa terlepas dari lingkungan sekolahnya, akibat dari pembelajaran jarak jauh dalam jangka waktu yang cukup panjang – dengan beberapa di antara mereka tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk mendukung pembelajaran. Saat ini di mana sekolah mulai kembali ke pengajaran tatap muka, kita semua perlu mempertimbangkan bagaimana cara membangun semangat dan mendukung proses pembelajaran dengan pendekatan baru ini ini bagi sebanyak mungkin pelajar-pelajar muda di masa depan.

Pemimpin sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat seluruhnya dapat mendukung proses ini dengan caranya masing-masing.

Percakapan merupakan fondasi penting

Hubungan sosial merupakan hal yang perlu dibangun kembali untuk mampu mendukung setiap pihak yang terlibat di era baru pengajaran tatap muka ini. Percakapan antara murid dan guru, serta orang tua, merupakan fondasi penting untuk bergerak maju. Percakapan semacam ini menuntut kemampuan untuk mendengarkan suara murid secara aktif, sehingga mereka ikut memiliki keyakinan bahwa kembalinya mereka ke sekolah akan membawa manfaat yang baik. Pemimpin sekolah dan guru perlu memiliki rasa toleran atas perbedaan tingkat kecemasan yang dialami oleh murid dan orang tua. Toleransi juga perlu ditanamkan untuk mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan adanya perbedaan kemampuan baik dari guru ataupun murid sekembalinya mereka ke rutinitas kehidupan sekolah yang mungkin baru dan berbeda setelah lama berada di rumah.

Sebagian murid mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk menyesuaikan diri dengan situasi kelas, juga pelajaran dan jadwal rutin yang dilakukan di masa sebelum pembatasan sosial akibat pandemi. Lebih dari sebelumnya, murid perlu diingatkan tentang kekuatan yang mereka miliki, apa yang telah mampu mereka tuntaskan dengan baik, serta tidak kalah penting budaya positif sekolah dan kelas seluruhnya menghargai perbedaan.

Hal pertama yang perlu diingat adalah kembalinya kita semua ke lingkungan sekolah saat ini adalah serupa dan di saat yang sama juga berbeda dengan awal tahun ajaran: Serupa dalam hal di mana murid kembali masuk ke sekolah setelah lama tidak bertemu, beberapa kembali belajar di sekolah, beberapa dengan moda daring; berbeda karena murid mungkin memiliki guru yang sama (bukan guru baru) dan berada di kelas yang sama dengan teman sebaya yang sama yang selama ini tidak dapat mereka temui.

Pertanyaan untuk memacu refleksi murid

Sehubungan dengan hal ini, guru disarankan untuk dapat secara lembut meminta murid untuk meluangkan waktu sejenak dan merenungkan waktu yang mereka lalui selama proses pembelajaran di rumah, dan dalam hal apa belajar di ruang kelas di sekolah terasa lebih menyenangkan atau pula sebaliknya. Serangkaian pertanyaan singkat dan sederhana berikut dapat membantu murid melakukan refleksi, dengan penyesuaian.

SEA-ID Back to school questions


Seperti yang dikatakan oleh Daniel Willingham: “Anak-anak sejatinya mirip dan tidak banyak berbeda dalam cara mereka berpikir dan belajar,” (Willingham, 2020, h. 167). Dalam konteks ini, guru dapat saja mendapati respons yang kurang lebih mirip dari murid yang berbeda dari pertanyaan-pertanyaan di contoh di atas, dari apa yang digambar atau ditulis oleh satu atau dua murid, guru dapat melihat bagaimana murid lain mungkin juga berpikir dan merasakan hal yang sama, namun sesederhana tidak mampu atau tidak mau mengomunikasikan perasaannya.

Sebenarnya terdapat banyak banyak hal positif yang datang dari masa pandemi ini, dan penting bagi pendidik dan murid untuk melakukan renungan terkait beberapa hal: lebih banyaknya waktu bersama keluarga, lebih sedikit waktu dihabiskan di jalan, lebih banyak bergerak fisik, dan lebih banyak waktu luang. Guru dan murid, dalam semalam, menjadi lebih terampil dalam menggunakan teknologi untuk mendukung pembelajaran dan hal ini tentu harus dipertahankan – terutama di saat, untuk beberapa alasan kesehatan, beberapa murid mungkin tidak dapat kembali ke sekolah sesegera teman lainnya.

Dukungan dari kepala sekolah

Dengan kembali ke lingkungan sekolah setelah masa pandemi, kesejahteraan guru dan murid menjadi semakin diperhatikan serta didukung oleh pimpinan sekolah. Hal ini dapat mulai dibangun dengan beberapa percakapan sederhana, untuk terus saling menanyakan kabar tiap-tiap kolega kerja, mungkin bahkan memasangkan tiap-tiap guru kelas dengan tim pimpinan sekolah – baiknya 1:1, secara informal saling berbagi kabar sembari meminum kopi atau kunjungan ke masing-masing kelas, selama atau di luar waktu bersama murid. Beberapa pimpinan sekolah dapat pula mempertimbangkan penggunaan ukuran kesejahteraan staf formal atau informal sebagai bagian dari pemantauan proses kembalinya mereka ke sekolah.

Kembali membangun relasi dengan orang tua dan wali murid

Hubungan guru dan pihak sekolah lainnya dengan orang tua dan wali murid kemungkinan justru terjadi lebih sering selama masa pembelajaran jarak jauh. Pimpinan sekolah dan guru perlu mempertimbangkan cara-cara bagaimana hal ini dapat terus dipertahankan atau bahkan dibentuk untuk menjadi potensi bangunan relasi yang lebih kuat saat sekolah kembali dibuka. Sebagaimana kita semua, orang tua dan wali murid juga terkena dampak pandemi dengan cara yang berbeda, beberapa di antaranya bahkan mengalami tekanan yang lebih signifikan dibandingkan yang lain. Sekali lagi, komunikasi dan percakapan akan menjadi kunci untuk bergerak maju secara positif, ke dalam bentuk pendidikan baru yang muncul dari pandemi yang terjadi.

Referensi

Willingham, D.T. (2020). Why students don’t like school? A cognitive scientist answers questions about how the mind works and what it means for the classroom (Second Edition). Jossey-Bass, Wiley.

Kesempatan apa yang Anda sediakan bagi murid Anda untuk merenungkan pengalaman belajar di rumah dan kembali ke sekolah? Apakah mereka memiliki pertanyaan tentang keputusan untuk kembali melakukan pengajaran dan pembelajaran tatap muka?

Sebagai seorang guru dan pimpinan sekolah, apa saja hal positif yang dapat diperoleh dari periode pembelajaran jarak jauh? Bagaimana Anda dapat membangun hal-hal positif ini ke depan?

Sebagai pimpinan sekolah, pendekatan apa yang akan Anda terapkan untuk mendukung kesejahteraan staf sebagai bagian dari kembali diadakannya pembelajaran tatap muka di sekolah?